Perintah eksekutif ini secara jelas melarang pria biologis berkompetisi dalam kategori wanita di semua kompetisi olahraga yang diadakan di Amerika Serikat. Lingkup larangan ini mencakup berbagai ajang bergengsi, termasuk namun tidak terbatas pada:
– Olimpiade Musim Panas 2028 yang akan diselenggarakan di Los Angeles.
– Kompetisi NCAA (Asosiasi Atletik Perguruan Tinggi Nasional).
– Turnamen olahraga di tingkat sekolah menengah dan universitas.
Dalam hal ini, lembaga pendidikan dan organisasi olahraga diwajibkan untuk menyesuaikan kebijakan internal mereka dengan peraturan baru ini. Kebijakan tersebut diharapkan dapat meminimalisir perdebatan mengenai keadilan dalam kompetisi wanita dengan menggolongkan perlakuan terhadap atlet berdasarkan jenis kelamin biologis mereka.
Pemerintah menekankan bahwa penerapan aturan ini bersifat wajib. Sekolah dan organisasi yang tidak mematuhi peraturan baru ini akan berhadapan dengan sanksi, karena kebijakan ini secara resmi akan menjadi bagian dari hukum federal. Terdapat tekanan signifikan terhadap Komite Olimpiade dan NCAA untuk mengikuti aturan yang telah ditetapkan ini, serta tidak mengizinkan pria biologis untuk bertanding di kategori wanita.
Masyarakat dilaporkan mendukung kebijakan ini, terutama dari kalangan atlet wanita yang merasa dirugikan oleh kebijakan-kebijakan sebelumnya yang memungkinkan partisipasi pria biologis dalam kompetisi wanita. Namun, di sisi lain, ada penolakan dari berbagai organisasi hak asasi manusia, seperti ACLU dan GLAAD, yang menganggap aturan ini sebagai bentuk diskriminasi terhadap individu transgender. Mereka berargumen bahwa kebijakan ini bisa menciptakan rintangan bagi atlet transgender untuk berpartisipasi dalam olahraga sesuai identitas gender mereka.
Pemerintahan Trump berargumen bahwa selama ini atlet wanita telah berada dalam posisi yang tidak menguntungkan akibat kehadiran pria biologis di kategori olahraga wanita. Kebijakan ini dianggap sebagai langkah penting untuk menjaga keadilan dan integritas dalam kompetisi olahraga. Pemerintah dengan tegas menyatakan bahwa terdapat dua jenis kelamin biologis, yaitu laki-laki dan perempuan, yang menjadi landasan dalam pembuatan peraturan ini.
Isu mengenai atlet transgender di arena olahraga telah menyebabkan perdebatan yang intens sepanjang beberapa tahun terakhir. Berikut adalah beberapa kasus yang menonjol dan menggambarkan kontroversi seputar kebijakan ini:
– Lia Thomas – Renang
Lia Thomas, seorang perenang transgender dari Amerika Serikat, menjadi sorotan publik ketika berkompetisi dalam tim renang wanita Universitas Pennsylvania pada tahun 2021. Sebelumnya, Thomas berkompetisi dalam tim pria sebelum menjalani terapi hormon. Kehadirannya memicu perdebatan mengenai keadilan dalam olahraga wanita. Beberapa pihak mengklaim bahwa meskipun Thomas telah menjalani terapi hormon, ia mungkin masih memiliki keunggulan fisik dibandingkan para perenang wanita cisgender.
– Laurel Hubbard – Angkat Besi
Laurel Hubbard, atlet angkat besi asal Selandia Baru, menjadi perhatian dunia ketika ia menjadi atlet transgender pertama yang berkompetisi di Olimpiade Tokyo 2021. Meskipun tidak berhasil meraih medali, partisipasinya di ajang olahraga bergengsi ini menimbulkan diskusi global mengenai inklusi dan keadilan dalam kompetisi olahraga. Ada pro dan kontra mengenai partisipasinya, dengan beberapa yang berpendapat bahwa kehadirannya dapat merugikan atlet wanita lainnya.
– Imane Khelif – Tinju
Imane Khelif, petinju asal Aljazair, mengalami kontroversi terkait identitas gendernya pada Olimpiade Paris 2024. Setelah mengalahkan lawan dengan cepat, muncul spekulasi mengenai jenis kelamin Khelif, dengan beberapa pihak menyatakan bahwa dirinya mungkin seorang transgender atau tidak terlahir sebagai wanita secara biologis. Komite Olimpiade Internasional (IOC) kemudian menanggapi dengan menegaskan bahwa informasi tersebut tidak akurat dan menyesatkan.
– Valentina Petrillo – Atletik Paralimpik
Valentina Petrillo, seorang atlet transgender dari Italia, berkompetisi dalam kategori T12 200m di Paralimpiade 2024. Meskipun tidak berhasil mencapai fase final, partisipasinya memicu perdebatan terkait keadilan dalam kompetisi wanita. Seperti atlet lainnya, adu opini muncul mengenai pengaruh keberadaan atlet transgender terhadap peluang atlet cisgender.
– Blaire Fleming – Bola Voli
Blaire Fleming, seorang pemain bola voli transgender dari Universitas Negeri San Jose, menghadapi banyak kontroversi sepanjang musim 2024. Beberapa tim lainnya menolak untuk bertanding melawan timnya sebagai bentuk protes atas partisipasinya. Meski demikian, Fleming berhasil memimpin timnya hingga ke final Turnamen Mountain West, yang menyebabkan perhatian publik yang lebih luas dan menambah diskusi tentang kebijakan partisipasi atlet transgender.
Menyusul gelombang kontroversi yang mencuat, pada Februari 2025, Presiden Trump mengeluarkan perintah eksekutif yang secara eksplisit melarang atlet transgender berkompetisi dalam kategori wanita. Kebijakan ini ditujukan untuk melindungi integritas olahraga wanita dan memastikan persaingan yang adil. Langkah ini sejalan dengan tujuan pemerintah untuk menciptakan regulasi yang jelas terkait partisipasi atlet berdasarkan identitas gender mereka.
Sumber Gambar dan Berita Liputan6