

Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmennya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia melalui program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan Cek Kesehatan Gratis (CKG).
Dalam sambutannya secara virtual di World Governments Summit pada 13 Februari 2025, Prabowo menyoroti pentingnya kedua program tersebut sebagai investasi jangka panjang bagi bangsa.
Prabowo menyatakan bahwa MBG bukan sekadar program biasa, melainkan langkah transformatif yang akan menjangkau lebih dari 85 juta anak dan ibu hamil di Indonesia.
“Menyediakan makanan gratis setiap hari mungkin terlihat biasa saja, tapi ketika diterapkan di ratusan ribu sekolah, di 330 ribu sekolah, dari kota yang jauh sampai pusat negeri, hal tersebut menjadi investasi signifikan untuk masa depan kami,” ujar Prabowo.
Program ini bertujuan untuk memastikan generasi mendatang mendapatkan nutrisi yang cukup sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Selain MBG, program Cek Kesehatan Gratis juga menjadi perhatian utama. Prabowo menyebutkan bahwa program ini bertujuan untuk deteksi dini dan pencegahan masalah kesehatan di masyarakat.
“Ini untuk mempromosikan langkah preventif dan deteksi awal masalah kesehatan, membuat masyarakat menjadi lebih sehat dan produktif, dan menghemat banyak uang,” kata Prabowo.
Dengan pendekatan ini, diharapkan beban finansial masyarakat dalam hal kesehatan dapat berkurang, sekaligus meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
Pemerintah Prabowo mulai menjalankan program MBG secara bertahap sejak Januari 2025, setelah sebelumnya melakukan uji coba dalam skala lebih kecil.
Sementara itu, program CKG diberikan secara khusus bagi masyarakat yang berulang tahun, memungkinkan mereka untuk melakukan pemeriksaan kesehatan tanpa biaya.
Sumber :
https://tirto.id/prabowo-bahas-mbg-c…pin-dunia-g8jt
https://kumparan.com/kumparannews/pr…an-24UifTddeH4
Melalui kombinasi program sosial seperti MBG dan CKG, pemerintahan Prabowo menunjukkan keseriusan dalam menciptakan masa depan yang lebih baik bagi Indonesia.
Upaya ini bukan sekadar bantuan jangka pendek, tetapi sebuah investasi nyata bagi generasi mendatang.
Pemerintah China menyatakan harapannya agar Dalai Lama “kembali ke jalan yang benar” dan membuka BERHARAP PULANG — peluang diskusi terkait masa depannya, asalkan pemimpin spiritual Tibet itu memenuhi sejumlah syarat. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, dalam konferensi pers, pada Senin (10/2).
TRIBUNJATENG.COM, BEIJING – Pemerintah Chinamenyatakan harapannya agar Dalai Lama “kembali ke jalan yang benar” dan membuka peluang diskusi terkait masa depannya, asalkan pemimpin spiritual Tibet itu memenuhi sejumlah syarat.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, dalam konferensi pers, pada Senin (10/2).
Akan tetapi, harapan Beijing itu ditolak oleh Parlemen Tibet di pengasingan India. Dalai Lama, yang akan berusia 90 tahun, pada Juli mendatang, hidup di pengasingan sejak 1959 setelah melarikan diri dari Tibet ke India, akibat gagalnya pemberontakan terhadap pemerintahan China.
Meski demikian, pemimpin Buddhisme Tibet itu pernah menyatakan keinginannya untuk kembali ke tanah kelahirannya sebelum meninggal dunia.
Dalam pernyataannya, Guo menegaskan bahwa China terbuka untuk berdialog mengenai masa depan Dalai Lama, dengan catatan ia harus meninggalkan sikap yang dianggap Beijing sebagai ancaman terhadap “persatuan Tanah Air”.
“Dalai Lama perlu secara terbuka mengakui bahwa Tibet dan Taiwan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari China, dengan Republik Rakyat China sebagai satu-satunya pemerintah yang sah,” ujar Guo.
Pernyataan tersebut muncul sebagai tanggapan atas pertanyaan terkait meninggalnya Gyalo Thondup, kakak tertua Dalai Lama, pada Sabtu (8/2) lalu dalam usia 97 tahun di Kalimpong, India.
Thondup sebelumnya pernah menjadi utusan tidak resmi dalam perundingan dengan pejabat China.
Namun, syarat yang diajukan China ditolak oleh Wakil Ketua Parlemen Tibet di pengasingan, Dolma Tsering Teykhang.
“Tidak mungkin Yang Mulia (Dalai Lama—Red) berbohong, itu tidak akan terjadi,” ujarnya dari Dharamshala, India, tempat Dalai Lama tinggal.
Teykhang menilai tuntutan Beijing sebagai bentuk distorsi sejarah.
“Jika mereka mendikte bahwa Yang Mulia harus berbicara tentang Tibet sebagai bagian yang tidak dapat dicabut dari China, itu adalah sebuah distorsi sejarah,” kata Teykhang.
“Dengan memutarbalikkan sejarah, Anda tidak bisa mendapatkan solusi yang damai dan bersahabat,” tambahnya.
Dalai Lama telah mengundurkan diri sebagai pemimpin politik pemerintahan Tibet di pengasingan pada 2011, meski Beijing tidak mengakui keberadaan pemerintahan tersebut.
Sejak saat itu, perundingan resmi antara perwakilan Dalai Lama dan China mandek. Namun, menurut Teykhang, diskusi melalui saluran tidak resmi masih berlangsung meski ia enggan membeberkan detailnya.
Seiring bertambahnya usia Dalai Lama, perdebatan mengenai suksesi kepemimpinannya semakin mengemuka. China menegaskan bahwa pihaknya memiliki hak untuk menentukan penerus Dalai Lama, sementara pemimpin spiritual itu menyatakan bahwa keputusan mengenai reinkarnasi akan mengikuti tradisi Buddhisme Tibet.
Dalam sebuah wawancara singkat dengan Reuters, pada Desember 2024 lalu, Dalai Lama mengatakan, dirinya bisa hidup hingga usia 110 tahun.
Ia juga berencana mengumumkan keputusan mengenai reinkarnasi dan suksesi pada sekitar ulang tahunnya yang ke-90 mendatang.
Sementara itu, Teykhang tetap optimistis bahwa Dalai Lama dapat kembali ke Tibet dengan dukungan dari warga China sendiri. (kps/afp/rtr/Tribunnews)
https://jateng.tribunnews.com/2025/02/11/china-berharap-dalai-lama-pulang-beijing-buka-peluang-diskusi-dengan-pemimpin-spiritual-tibet#google_vignette