Pramono Akan Bangun Jembatan 300 Meter Hubungkan JIS-Ancol

Pramono Akan Bangun Jembatan 300 Meter Hubungkan JIS-Ancol

Kompas.com, 26 Mei 2025, 05:47 WIB

Hanifah Salsabila, Faieq Hidayat
Tim Redaksi

Quote:

JAKARTA, KOMPAS.com– Gubernur Jakarta Pramono Anung akan membangun jembatan untuk menghubungkan Jakarta International Stadium (JIS) dengan Taman Impian Jaya Ancol.

Jembatan itu untuk mempermudah akses ke JIS sebagai arena pertunjukan musik internasional. Panjang jembatan itu diperkirakan mencapai 300 meter.

“Kami sambungkan JIS ini dengan Ancol. Kami buatkan jembatan panjangnya kurang lebih 300 meter,” kata Pramono saat menghadiri penutupan gelaran Jakarta Marketing Week 2025 di Mal Kota Kasablanka, Jakarta Selatan, Minggu (25/5/2025).

Menurut dia, masyarakat yang ingin menghadiri konser di JIS bisa memarkirkan kendaraan di Ancol.

”Semua parkir di JIS, nanti (dijadikan) di Ancol,” katanya.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta berbenah dalam mempermudah akses penyelenggaraan konser internasional.

Di antaranya konser musisi dunia seperti band Coldplay, Taylor Swift, atau grup asal Korea Selatan seperti BTS dan Blackpink.

Terlebih, Jakarta juga ditargetkan untuk menjadi salah satu dari kota global terbesar di dunia.

”Mau tidak mau, suka tidak suka, pemerintah Jakarta harus berubah. Tidak boleh lagi ada hambatan, ada barrier, kalau misalnya ada pertunjukan Coldplay, Blackpink, BTS, termasuk Taylor Swift,“ jelasnya.

Pramono berencana membangun jembatan itu pada tahun ini.

Dua BUMD Pemprov Jakarta, Ancol dan JakPro harus berkolaborasi untuk mewujudkan hal tersebut.

“Selama ini dua-duanya enggak mau (kolaborasi), karena egonya kelebihan. Maka saya sudah panggil dua-duanya harus bisa dibangun tahun ini,” ucap dia.

Menurut Pramono, arena konser biasanya digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK).

Oleh sebab itu, JIS harus bisa menjadi tempat konser besar.

“Selama ini enggak ada tempatnya. Semuanya harus ke GBK. Untuk itu saya yakin pasti bisa, karena di Ancol, lokasi parkirnya bisa sampai dengan 10 ribu lebih,” katanya.

sumber

Penjaga Warung di Tengah Hutan

Penjaga Warung di Tengah Hutan

Namanya Pak Darma. Ia tinggal di sebuah warung kecil yang terletak di tengah hutan lereng Gunung Merapi. Warung itu sederhana, terbuat dari kayu dan bambu, beratap seng, dengan satu meja panjang dan tiga bangku dari batang pohon. Anehnya, meski jauh dari pemukiman, warung itu selalu ramai setiap sore. Entah dari mana para pengunjung datang, mereka duduk, memesan kopi hitam dan gorengan, berbincang sebentar, lalu pergi begitu saja sebelum magrib datang.

Raka, seorang mahasiswa geologi dari Yogyakarta, mendengar cerita tentang warung misterius itu dari warga setempat ketika ia dan timnya sedang melakukan penelitian lapangan. “Kalau sore, jangan naik ke utara,” kata Pak Surip, penjaga basecamp. “Di sana ada warung aneh. Kalau kau salah masuk, bisa-bisa tak balik.”

Sebagai orang rasional, Raka hanya menganggap cerita itu sebagai mitos. Tapi rasa penasaran mengalahkan logikanya. Pada hari ketiga, setelah timnya kembali ke basecamp lebih awal karena hujan, Raka memutuskan menyusuri jalur kecil yang disebut warga sebagai “Jalur Warung Darma”.

Langit mulai menguning saat ia menyusuri jalan setapak itu. Daun-daun gugur seperti menyambut langkahnya. Sekitar tiga puluh menit berjalan, ia mencium aroma kopi yang kuat. Benar saja, di sebuah bukaan hutan, berdiri warung tua dengan lentera kuning tergantung di depan. Seorang pria tua dengan rambut putih menyambutnya.

“Silakan, Nak. Mau kopi?” suara Pak Darma berat namun ramah.

Raka duduk. Ia memesan kopi dan tempe goreng. Warung itu sunyi, tapi terasa hangat. Tidak lama, tiga orang pendaki muncul, lalu duduk di bangku lain. Mereka mengangguk pada Raka tapi tidak berkata sepatah kata pun. Hanya tersenyum.

“Apa Bapak tinggal di sini?” tanya Raka.

“Saya hanya menjaga. Tempat ini sudah ada sejak sebelum gunung ini meletus ratusan tahun lalu,” jawab Pak Darma tenang.

Raka meneguk kopinya. Aneh. Rasa kopinya luar biasa nikmat, seperti menyimpan kehangatan rumah, namun juga getir seperti kenangan yang tidak bisa kembali.

Saat matahari hampir tenggelam, Pak Darma menepuk bahunya. “Nak, kalau sudah selesai, sebaiknya turun sekarang. Jangan sampai malam di sini.”

Raka menurut. Ia pamit dan kembali ke jalur setapak. Tapi saat menoleh, warung itu sudah tidak ada. Yang tersisa hanya bekas tanah rata dan pohon-pohon tua menjulang.

Sesampainya di basecamp, Pak Surip terperanjat melihat Raka.

“Kamu ke warung itu?” tanyanya, ketakutan. “Itu bukan tempat biasa. Warung itu hanya muncul untuk orang-orang yang sedang ‘dicari’ oleh waktu.”

Raka terdiam. Dalam sakunya, masih ada bungkus gorengan dari warung tadi. Hangatnya masih terasa. Tapi lebih dari itu, ia sadar: warung itu bukan sekadar tempat istirahat. Itu adalah tempat bagi mereka yang tersesat—bukan di hutan, tapi di hidupnya.

Lelaki Penjual Mimpi

Lelaki Penjual Mimpi

Di sebuah gang sempit di pinggiran kota, tinggal seorang lelaki tua yang dikenal sebagai “Penjual Mimpi.” Namanya Pak Raka. Tak ada yang tahu pasti siapa dia, dari mana asalnya, atau apa pekerjaannya dulu. Namun, setiap malam, anak-anak kecil dari lingkungan sekitar akan berkumpul di depan rumahnya yang berbau kayu tua dan tanah basah, menunggu ia membuka jendela kecil di dinding rumahnya.

Di balik jendela itu, Pak Raka menjual sesuatu yang tidak biasa. Bukan permen, bukan mainan, bukan juga makanan—melainkan mimpi. Ia akan menyapa satu per satu anak dengan suara serak namun lembut, lalu bertanya, “Mimpi apa yang ingin kamu bawa malam ini?”

Seorang anak menjawab, “Saya ingin mimpi naik ke bulan.”

Pak Raka akan merogoh sebuah kantong kulit tua, lalu mengeluarkan sebuah botol kecil berisi serbuk berkilau. “Ini mimpi bulan,” katanya, “taburkan di bawah bantal, dan jangan lupa berdoa sebelum tidur.”

Anak-anak akan pulang ke rumah masing-masing dengan hati berbunga, membawa botol mimpi seperti membawa harta karun. Dan anehnya, setiap dari mereka benar-benar bermimpi sesuai permintaan mereka malam itu.

Orang dewasa menganggap Pak Raka hanya sedang bermain imajinasi dengan anak-anak. Namun semakin lama, desas-desus mulai beredar. Seorang remaja bermimpi menjadi penyanyi terkenal setelah meminta mimpi itu dari Pak Raka, dan seminggu kemudian ia ditemukan oleh seorang produser jalanan. Seorang pemuda yang putus sekolah memimpikan jadi pengusaha, dan tiba-tiba dapat ide bisnis dari mimpi yang dia alami.

Mimpi-mimpi itu seperti menuntun, mengubah nasib.

Suatu malam, seorang ibu muda mengetuk rumah Pak Raka, memohon agar diberikan mimpi untuk anaknya yang sakit keras. “Saya tak butuh keajaiban, hanya butuh harapan,” katanya sambil menangis. Pak Raka menatap mata ibu itu lama, lalu memberinya sebuah botol berisi cairan bening.

“Mimpi ini bukan untuk sembuh, tapi untuk membuatnya tersenyum. Kadang, itu lebih penting.”

Beberapa hari kemudian, anak itu memang belum sembuh. Tapi ia tertawa dan bercerita bahwa ia mimpi bermain di taman yang penuh kupu-kupu bersama ayahnya yang telah tiada. Senyum itu membuat ibunya percaya—bahwa harapan tidak selalu berarti kesembuhan, kadang cukup rasa damai.

Namun suatu hari, Pak Raka tidak membuka jendelanya lagi. Anak-anak menunggu, para orang dewasa bertanya-tanya. Rumah itu tetap tertutup rapat, sepi. Sampai suatu malam, semua orang bermimpi hal yang sama: Pak Raka berdiri di sebuah jembatan cahaya, melambai dan tersenyum.

“Mimpi itu kini milik kalian,” katanya. “Jangan lupa berbagi.”

Sejak hari itu, anak-anak mulai saling bercerita sebelum tidur, membagikan imajinasi mereka, menyalakan kembali warisan mimpi yang Pak Raka tanamkan. Dan di setiap malam yang sunyi, jika kamu diam-diam menaruh harapan kecil di bawah bantal, mungkin—hanya mungkin—kau akan melihat sebutir cahaya dari jendela kecil rumah di ujung gang itu.

Mengenal Akun Indodax: Pintu Masuk Dunia Aset Kripto di Indonesia

Mengenal Akun Indodax: Pintu Masuk Dunia Aset Kripto di Indonesia

Di era digital yang terus berkembang, aset kripto menjadi salah satu bentuk investasi dan transaksi yang semakin dikenal luas, termasuk di Indonesia. Salah satu gerbang utama untuk masuk ke dunia ini adalah **Indodax**. Indodax, singkatan dari **Indonesia Digital Asset Exchange**, merupakan platform jual beli aset kripto pertama dan terbesar di Indonesia, yang telah berdiri sejak tahun 2014 dan sebelumnya dikenal sebagai bitcoin.

Indodax berfungsi sebagai **marketplace** yang mempertemukan pembeli dan penjual aset digital seperti Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), Solana (SOL), dan ratusan aset kripto lainnya. Dengan adanya akun di Indodax, pengguna dapat melakukan berbagai aktivitas seperti **membeli, menjual, menyimpan, serta memantau pergerakan harga aset kripto** secara real time.

### **1. Proses Registrasi dan Verifikasi Akun**

Untuk menggunakan layanan Indodax, pengguna harus terlebih dahulu membuat akun. Proses registrasi cukup mudah dan hanya memerlukan email aktif, nomor telepon, serta data pribadi. Namun, agar bisa menggunakan seluruh fitur (terutama jual beli dan penarikan dana), pengguna harus melakukan proses **verifikasi identitas** atau dikenal dengan istilah **KYC (Know Your Customer)**.

Verifikasi ini mencakup:

* Upload foto KTP
* Foto selfie dengan KTP
* Mengisi data pribadi secara lengkap
* Menyertakan informasi rekening bank untuk penarikan dana

Verifikasi ini penting demi **keamanan akun dan pencegahan aktivitas ilegal**, serta merupakan bagian dari peraturan yang diterapkan oleh **Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI)**.

### **2. Fungsi dan Fitur dalam Akun Indodax**

Setelah verifikasi disetujui, akun akan memiliki akses penuh ke seluruh fitur Indodax, di antaranya:

* **Dashboard Portofolio**
Menampilkan aset kripto yang dimiliki, saldo dalam rupiah (IDR), dan ringkasan nilai total kekayaan digital kamu.

* **Market dan Spot Trading**
Pengguna bisa melihat pergerakan harga aset kripto secara real-time, memasang order beli (buy) atau jual (sell), serta memanfaatkan fitur limit dan market order.

* **Deposit dan Penarikan Dana (Withdraw)**
Pengguna dapat mengisi saldo rupiah melalui berbagai metode (transfer bank, virtual account, e-wallet), dan menariknya kembali ke rekening pribadi. Untuk kripto, pengguna juga bisa mengirim dan menerima aset ke wallet eksternal.

* **Riwayat Transaksi**
Menampilkan semua aktivitas akun: deposit, penarikan, pembelian, penjualan, dan lainnya.

* **Notifikasi dan Keamanan**
Tersedia pengaturan untuk mengaktifkan notifikasi email dan SMS, serta verifikasi dua langkah (2FA) melalui Google Authenticator.

### **3. Keamanan dan Perlindungan Akun**

Indodax sangat menekankan aspek keamanan. Oleh karena itu, pengguna sangat disarankan untuk:

* Mengaktifkan **2FA (Two-Factor Authentication)**
Ini membuat akun lebih aman dari upaya peretasan.

* Tidak membagikan kode OTP atau password kepada siapa pun.

* Menggunakan email dan kata sandi yang kuat dan unik.

* Menyimpan aset dalam **wallet eksternal** jika tidak aktif melakukan trading (terutama untuk penyimpanan jangka panjang).

### **4. Biaya dan Limit Transaksi**

Indodax menetapkan beberapa biaya layanan seperti:

* Biaya jual beli aset (sekitar **0,3%** per transaksi).
* Biaya penarikan rupiah dan kripto (bervariasi tergantung metode dan jenis aset).
* Tidak ada biaya saat melakukan deposit rupiah, tergantung dari metode yang digunakan.

Selain itu, terdapat batasan minimum dan maksimum untuk setiap transaksi tergantung pada aset yang digunakan.

### **5. Manfaat Memiliki Akun Indodax**

Dengan memiliki akun di Indodax, pengguna mendapatkan akses ke dunia kripto dengan berbagai manfaat:

* Bisa mulai investasi kripto dari nominal kecil (mulai Rp10.000).
* Mendapatkan keuntungan dari pergerakan harga (jual saat harga tinggi).
* Bisa melakukan arbitrase antar exchange (untuk yang berpengalaman).
* Akses edukasi dan komunitas investor kripto lokal.

### **6. Siapa yang Cocok Menggunakan Indodax?**

Akun Indodax cocok untuk:

* Pemula yang ingin belajar dan mencoba investasi kripto.
* Investor yang ingin menyimpan aset dalam jangka panjang.
* Trader aktif yang ingin melakukan jual beli aset setiap hari.
* Pekerja freelance yang menerima pembayaran dalam bentuk kripto.

Jangan lupa masukkan kode referral: yantosau

### **Penutup**

Akun Indodax bukan hanya sekadar tempat membeli dan menjual aset kripto, tapi juga merupakan jembatan menuju dunia finansial digital yang lebih luas. Dengan keamanan, kemudahan, dan regulasi yang jelas, Indodax memberikan tempat yang relatif aman bagi masyarakat Indonesia untuk mengenal dan terlibat dalam ekosistem blockchain dan aset digital.

Namun, tetap diingat bahwa investasi kripto memiliki risiko yang tinggi. Pengguna diharapkan untuk selalu belajar, melakukan riset, dan tidak tergoda oleh janji keuntungan instan.

### **Sumber Referensi:**

1. [www.indodax.com]([url]https://www.indodax.com)[/url] – Situs resmi Indodax
2. [blog.indodax.com]([url]https://blog.indodax.com)[/url] – Artikel edukasi dan panduan penggunaan platform
3. [bappebti.go.id]([url]https://www.bappebti.go.id)[/url] – Informasi regulasi perdagangan aset kripto di Indonesia
4. FAQ dan Pusat Bantuan Indodax (help.indodax.com)

Mahasiswa Asing Diusir Trump dari Harvard, Negara Ini Siap Nampung!

 Mahasiswa Asing Diusir Trump dari Harvard, Negara Ini Siap Nampung!

Jakarta, CNBC Indonesia – Universitas-Universitas di Hong Kong dikabarkan siap menampung para mahasiswa asing dari Universitas Harvard yang diusir oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

Sebagaimana diketahui, Donald Trump melarang universitas di AS menerima mahasiswa atau mahasiswi asing, bahkan sampai pada level program beasiswa.
Trump juga memaksa pelajar asing yang sedang berkuliah di Harvard untuk segera pindah kampus atau terancam deportasi. 

“Bagi mahasiswa internasional yang terdampak kebijakan Amerika Serikat, Biro Pendidikan telah mengimbau semua universitas di Hong Kong untuk menyediakan langkah memfasilitasi mahasiswa yang memenuhi syarat,” ujar Menteri Pendidikan Hong Kong Christine Choi, dikutip dari AFP, dikutip Minggu (25/5/2025).

Salah satu langkah konkret universitas di Hong Kong adalah melonggarkan batas maksimal mahasiswa asing. Ini dilakukan demi menarik lebih banyak pelajar ke Hong Kong.
Universitas Sains dan Teknologi Hong Kong (HKUST), misalnya, yang resmi mengundang para mahasiswa internasional di Harvard pada Jumat (23/5). Mereka mengklaim membuka pintu untuk korban aturan Trump, baik dari Harvard maupun kampus-kampus lain.
“HKUST memperluas kesempatan ini untuk memastikan pelajar berbakat bisa mengejar tujuan pendidikan mereka tanpa gangguan,” tegas kampus tersebut dalam pernyataan resminya.

Pengusiran terhadap mahasiswa asing di AS diumumkan Menteri Keamanan Dalam Negeri AS Kristi Noem. Ia menuduh pihak universitas mempromosikan kekerasan, anti-semitisme, dan berkoordinasi dengan Partai Komunis China.
Sebelumnya, Harvard University menolak memberikan informasi yang diminta Pemerintah AS mengenai visa pelajar di kampus mereka.
Reuters mencatat ada 6.800 mahasiswa asing yang berkuliah di Harvard pada 2025-2026 alias 27 persen dari total keseluruhan pelajar. Sekitar 1.300 mahasiswa berasal dari China.
Warga asal China juga pernah menjadi mahasiswa terbanyak yang masuk Harvard pada 2022 lalu, yakni 1.016 orang.

Harvard langsung mengajukan gugatan ke pengadilan federal terkait aksi Trump. Pengadilan Distrik Massachusetts, Amerika Serikat kemudian menangguhkan langkah pemerintahan Presiden Donald Trump mengusir mahasiswa asing.
“Pemerintahan Trump dilarang melaksanakan pencabutan sertifikasi SEVP (Student and Exchange Visitor Program) milik penggugat,” perintah Hakim Pengadilan Distrik Massachusetts Allison Burroughs dalam sidang perdana.
Sidang lanjutan perkara ini rencananya digelar pada 29 Mei 2025 mendatang.

diusir

Quote:

hk semakin terpelajar emoticon-Matabelo

Sepatu Tua di Ujung Lorong

Sepatu Tua di Ujung Lorong

Lorong itu sepi. Udara dingin mengalir pelan lewat celah-celah jendela tua, membuat daun pintu kayu tua berderit lembut. Di ujung lorong, di bawah cahaya temaram lampu gantung yang mulai meredup, sepasang sepatu kulit cokelat tua tergeletak diam.

Tak ada yang menyangka, bahwa sepatu itu menyimpan kisah yang lebih dalam dari yang terlihat.

Dulu, sepatu itu milik Pak Surya. Seorang pensiunan guru yang tinggal sendiri di rumah tua peninggalan orang tuanya. Ia bukan pria kaya, namun seluruh anak-anak di kampung mengenalnya sebagai guru yang baik hati, murah senyum, dan selalu membawa sebungkus permen untuk muridnya setiap hari.

Sepatu itu, meski sudah tua dan penuh tambalan, selalu dipakai Pak Surya ke mana pun ia pergi. Katanya, “Sepatu ini menemani langkah-langkah penting dalam hidup saya. Dari pertama kali saya diterima mengajar, sampai hari saya pensiun.”

Setiap pagi, Pak Surya duduk di beranda, menyeruput kopi sambil memandangi anak-anak sekolah yang lewat. Kadang ia melambai, kadang hanya tersenyum. Tak pernah ada yang melihat ia keluar rumah tanpa sepatu itu. Hingga suatu hari, ia menghilang.

Tetangga mulai bertanya-tanya. Tak ada suara radio dari dalam rumahnya seperti biasa, tak ada aroma kopi pagi yang mengepul dari dapurnya. Setelah dua hari tak terlihat, warga akhirnya membuka pintu rumah itu.

Pak Surya ditemukan duduk tenang di kursi kayunya. Matanya terpejam, seolah tertidur. Tapi nafasnya telah lama berhenti.

Di bawah kakinya, sepasang sepatu tua itu tergeletak. Sepatu yang selalu ia rawat dan bersihkan, kini terlepas dari pemiliknya untuk selamanya.

Namun cerita tak berhenti di sana.

Malam-malam setelah kepergiannya, beberapa warga mengaku melihat siluet seseorang berjalan di lorong rumah itu, dengan langkah lambat dan suara sepatu tua yang menyeret pelan. Seorang anak kecil bahkan bersumpah melihat bayangan Pak Surya berdiri di jendela, tersenyum.

Tentu saja orang-orang menertawakannya. “Itu cuma imajinasi anak-anak,” kata sebagian. Tapi lorong itu tetap sepi. Dan sepatu tua itu tetap di sana, seolah menunggu kaki tuanya kembali.

Lima tahun berlalu.

Rumah Pak Surya kini menjadi rumah baca untuk anak-anak desa. Lorong itu dipenuhi buku-buku, dindingnya penuh gambar dan tulisan anak-anak. Tapi sepatu itu tetap ada. Tak ada yang berani memindahkannya. Seolah menjadi penanda, bahwa seseorang pernah tinggal di sana, mencintai anak-anak, dan memberi jejak yang tak pernah benar-benar menghilang.

Karena terkadang, yang kita tinggalkan bukanlah harta. Tapi kenangan, yang melekat kuat, seperti suara sepatu tua yang masih bergema di hati orang-orang yang pernah mencintai kita.

Sarawak Buka Pintu Pekerjaan untuk Tenaga Mahir Indonesia

Sarawak Buka Pintu Pekerjaan untuk Tenaga Mahir Indonesia

Sarawak kini membuka banyak peluang kerja untuk pekerja mahir dari Indonesia. Ini menjadi lebih mudah dengan adanya perjanjian baru yang akan mempercepat dan melancarkan urusan kemasukan mereka ke Sarawak, termasuk bagi mereka yang berprofesional.

Memetik laman iloveborneo, bermula Julai ini, Sarawak dan Indonesia akan menandatangani perjanjian penting yang akan mengubah cara pekerja Indonesia datang ke Sarawak.

Perjanjian ini bukan sahaja untuk pekerja ladang, malah juga akan membuka peluang kepada golongan profesional seperti jurutera dan doktor haiwan dari Indonesia untuk bekerja di Sarawak.

Sarawak Buka Pintu Pekerjaan untuk Tenaga Mahir Indonesia
Sumber Gambar: mi-ficord official website
Menteri Sarawak, Datuk Seri Dr. Stephen Rundi Utom, berkata perjanjian ini akan memudahkan permohonan visa kerja (calling visa).

Sebelum ini, orang yang memohon visa perlu berurusan dengan dua jabatan berbeza (Jabatan Imigresen dan Jabatan Buruh Sarawak), menjadikan proses itu lambat dan melecehkan. Dengan MoU ini, ia akan jadi lebih mudah.

“Perbincangan kami bersama Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, Abdul Kadir Karding, memberi tumpuan kepada penyelarasan proses supaya lebih teratur, sah dan pantas,” katanya selepas menerima kunjungan hormat dari pihak Indonesia di Bangunan DUN Sarawak.

Banyak lebihan tenaga kerja dari seberang

Abdul Kadir pula menyatakan yang Indonesia sedia hantar pekerja ke Sarawak, mengikut jenis pekerjaan yang diperlukan. Ini kerana Indonesia ada lebih 152 juta penduduk, dan ramai antara mereka sudah dilatih untuk bekerja di peringkat antarabangsa.

Indonesia kini lebih fokus untuk mengurangkan jumlah pekerja yang tidak berdaftar atau tidak sah. Mereka akan melakukannya dengan memperbaiki sistem dalaman mereka sendiri dan juga melalui kerjasama dengan negara lain(seperti Sarawak).

“Kami mahu kurangkan penghantaran pekerja secara tidak sah. Ini bukan hanya isu undang-undang, tetapi melibatkan keselamatan dan perlindungan pekerja itu sendiri,” katanya.

Kedua-dua Sarawak dan Indonesia bersetuju bahawa pekerja yang tiada dokumen sah itu menyusahkan sebab susah nak jaga hak mereka dan boleh timbulkan macam-macam masalah sosial serta undang-undang.

Dengan kerjasama melalui perjanjian ini, diharapkan proses akan jadi lebih mudah dan mereka dapat cipta dasar bersama yang lebih kuat untuk melindungi hak pekerja, tak kira mereka bekerja di ladang ataupun di pejabat.

https://thevocket.com/sarawak-buka-p…KNXNiKZ5GMjg_w

sementara itu rakyat Serawak banyak berkerja di Semenanjung dan kebijakan ini dikecam warganet sana

Langkah Terakhir di Ujung Jalan

Langkah Terakhir di Ujung Jalan

Di sebuah desa kecil yang sunyi, tinggal seorang lelaki tua bernama Pak Wirya. Ia dikenal sebagai orang yang jarang bicara namun ramah kepada siapa pun yang menyapanya. Setiap pagi, ia berjalan perlahan menyusuri jalan desa sambil membawa tas kulit usangnya, berhenti sejenak di taman kecil untuk memberi makan burung-burung yang biasa datang.

Tak ada yang tahu pasti apa yang disimpan dalam tas itu, namun anak-anak desa sering membuat tebakan. “Peta harta karun,” kata salah satu. “Surat cinta dari masa lalu,” kata yang lain. Tapi Pak Wirya hanya tersenyum setiap kali ditanya, seakan tas itu lebih berarti daripada sekadar benda tua.

Suatu hari, seorang anak laki-laki bernama Rian duduk di sebelah Pak Wirya di taman. Rian baru saja kehilangan ayahnya karena kecelakaan kerja. Ia tak menangis di rumah, namun menyimpan semua kesedihannya dalam diam. Pak Wirya, tanpa diminta, membuka percakapan.

“Kau tahu, setiap langkah yang kita ambil, membawa kita lebih dekat ke ujung jalan,” katanya pelan.

Rian memandangi wajah Pak Wirya yang dipenuhi keriput, namun matanya masih bersinar.

“Apa maksud Kakek?” tanya Rian.

“Setiap orang punya jalan hidup sendiri. Tapi ketika seseorang yang kita cintai sudah lebih dulu sampai di ujungnya, bukan berarti dia benar-benar hilang. Dia hanya sedang menunggumu, duduk di bangku taman lain yang belum bisa kamu lihat.”

Hari-hari berlalu, dan Rian mulai rutin duduk bersama Pak Wirya setiap pagi. Mereka bicara banyak hal: tentang burung-burung, tentang langit, tentang kehilangan, dan tentang harapan. Hubungan mereka tumbuh seperti benih kecil yang dirawat dengan sabar.

Suatu pagi, Rian datang ke taman, tapi Pak Wirya tidak ada di bangku biasa. Ia menunggu. Satu jam berlalu. Dua jam. Namun bangku itu tetap kosong.

Beberapa warga desa datang menghampiri Rian. Mereka memberitahu bahwa Pak Wirya telah meninggal dunia malam sebelumnya di rumahnya, dalam tidurnya yang damai.

Rian menangis untuk pertama kalinya sejak ayahnya tiada.

Beberapa hari kemudian, keluarga Pak Wirya memberikan tas kulit tua itu kepada Rian. “Katanya, tas ini untukmu,” ujar mereka.

Dengan tangan gemetar, Rian membuka tas itu. Di dalamnya, ada banyak surat tua, ditulis tangan. Semuanya ditujukan kepada seseorang bernama Sari. Di surat terakhir, tertulis:

*”Jika kau membaca surat ini, berarti aku telah berjalan sampai ujung jalan. Tapi aku percaya, akan ada seseorang yang meneruskan langkahku, meski dengan cara yang berbeda. Kepadanya, aku titipkan semua rasa, semua kenangan, dan semua harapan yang belum sempat kutuliskan. Aku tak ingin hilang dari dunia ini tanpa memberi makna. Jika kamu membaca ini, maka kamu adalah makna itu.”*

Rian menggenggam surat itu erat. Ia tahu kini apa yang akan ia lakukan. Ia akan menulis. Ia akan mengisi sisa jalan yang ditinggalkan Pak Wirya, dengan cerita, dengan cinta, dan dengan keberanian untuk merawat kenangan.

Tahun-tahun berlalu. Rian tumbuh menjadi penulis cerita kehidupan. Di setiap buku pertamanya, ia selalu menyelipkan satu kalimat:

*”Langkah terakhir di ujung jalan bukanlah akhir, tapi awal dari kisah yang baru.”*

Sebelum Aku Pergi

Sebelum Aku Pergi

Hening. Rumah itu terasa sunyi meski jam dinding terus berdetak. Di kamar sempit bercat putih pucat, seorang lelaki tua terbaring di ranjang, tubuhnya kurus, napasnya berat dan pendek-pendek. Namanya Pak Wiryo, usianya hampir 80 tahun, dan menurut dokter, hari-harinya tinggal menghitung jari.

Di samping ranjang, duduk seorang perempuan muda. Wajahnya pucat, matanya sembab. Namanya Rina, cucu satu-satunya Pak Wiryo. Sejak kecil, ia dibesarkan oleh sang kakek setelah kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan saat ia berusia lima tahun. Pak Wiryo-lah yang menemaninya belajar, mengantar sekolah, bahkan menjahitkan seragam ketika ia SMP karena tak mampu membeli yang baru.

“Kamu masih di situ, Rin?” suara Pak Wiryo lirih, seperti desir angin yang nyaris tak terdengar.

Rina mengangguk sambil menggenggam tangan keriput kakeknya, “Iya, Kek. Aku di sini.”

Pak Wiryo tersenyum lemah. “Kalau aku pergi… kamu jangan sedih, ya.”

Air mata Rina mengalir tanpa bisa ditahan. “Kakek jangan bicara begitu.”

“Manusia memang diciptakan untuk datang dan pergi. Tapi yang tinggal… adalah kenangan.”

Hening sejenak.

“Di laci bawah meja itu,” lanjut Pak Wiryo, “ada sesuatu untukmu. Buka setelah aku benar-benar pergi. Janji?”

Rina mengangguk, meski hatinya menolak kenyataan yang sedang ia hadapi. Kakeknya adalah satu-satunya keluarga yang ia punya. Kehilangan beliau terasa seperti mencabut akar yang selama ini menjadi penopang hidupnya.

Tiga hari kemudian, langit mendung menyelimuti pemakaman kecil di pinggir kota. Tanah masih basah saat Rina meletakkan bunga kamboja di atas pusara bertuliskan:

**Wiryo Pranoto – 1945–2025**
*”Hidup bukan tentang berapa lama, tapi tentang seberapa dalam.”*

Ia berdiri lama di sana, menatap nama yang terukir, seakan menunggu suara itu memanggilnya kembali. Tapi yang terdengar hanya desir angin dan suara dedaunan gugur.

Malamnya, dengan tangan gemetar, Rina membuka laci yang dimaksud sang kakek. Di dalamnya ada amplop cokelat berisi secarik surat dan sebuah kunci kecil.

**Untuk Rina, cucuku tercinta.**
Jika kamu membaca ini, berarti aku sudah tiada. Jangan bersedih, karena hidup memang harus terus berjalan. Aku hanya ingin kamu tahu satu hal: kamu tidak pernah sendiri.

Kunci itu untuk laci meja lama di gudang. Di sana, aku simpan semua surat dari ibumu—ibu yang sangat mencintaimu dan selalu menuliskan surat untukmu sebelum ia meninggal. Tapi waktu itu kamu masih terlalu kecil untuk mengerti kesedihan.

Sekarang… bacalah. Dan lanjutkan hidupmu.
Dengan cinta,
Kakek.

Rina terisak, menggenggam surat itu seperti harta paling berharga. Ia bergegas ke gudang dan membuka laci berdebu. Puluhan amplop putih tersusun rapi, semua bertuliskan namanya dalam tulisan halus milik sang ibu.

Di antara air mata, ia membaca satu per satu, malam itu ia tidak sendiri. Ia dikelilingi oleh cinta dari masa lalu—dari orang-orang yang sudah pergi, tapi meninggalkan jejak yang tak akan pernah hilang.

Dan di tengah kepergian, ia menemukan alasan untuk terus bertahan.