“Perang dagang memang bisa jadi strategi tekanan, tapi bagaimana jika justru merugikan diri sendiri?” Pemerintah Tiongkok kini tengah menimbang ulang langkah kerasnya terhadap Amerika Serikat. Menurut laporan Bloomberg yang dirilis baru-baru ini, Beijing mempertimbangkan untuk menangguhkan tarif tinggi sebesar 125% terhadap sejumlah produk impor dari AS. Ini bukan tanda melemah, tapi respons strategis atas dampak ekonomi yang semakin terasa di dalam negeri.
Langkah ini menandai perubahan sikap yang signifikan dari Tiongkok. Sebelumnya, negara itu telah memberlakukan tarif balasan sebagai bagian dari eskalasi perang dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia. Namun, sumber yang mengetahui langsung situasi ini mengungkapkan kepada Bloomberg bahwa pemerintah mulai mengkhawatirkan tekanan berat yang dialami industri tertentu, terutama yang bergantung pada bahan baku atau komponen dari Amerika Serikat.
Tarif sebesar 125% tersebut awalnya ditujukan sebagai langkah pembalasan terhadap kebijakan proteksionis AS, termasuk larangan ekspor teknologi canggih ke Tiongkok dan dukungan terhadap industri dalam negeri Amerika. Tapi seiring waktu, efek domino dari kebijakan ini mulai dirasakan juga oleh pelaku usaha di Tiongkok sendiri. Kenaikan biaya produksi, kesulitan pasokan, hingga penurunan daya saing di pasar global menjadi sorotan utama.
Sektor yang paling terdampak termasuk industri manufaktur teknologi tinggi, otomotif, serta petrokimia. Beberapa perusahaan dilaporkan mulai menekan pemerintah agar mengkaji ulang kebijakan tarif ekstrem ini, mengingat tekanan yang ditimbulkan terhadap stabilitas operasional mereka.
Selain alasan ekonomi domestik, ada pula indikasi bahwa langkah ini bisa menjadi bagian dari strategi diplomasi dagang yang lebih fleksibel dari Beijing. Dengan menangguhkan tarif, Tiongkok berpotensi membuka ruang negosiasi baru dengan AS di tengah ketegangan geopolitik yang masih tinggi. Ini bisa dimaknai sebagai sinyal bahwa Tiongkok masih terbuka terhadap pendekatan yang lebih pragmatis dalam menyelesaikan konflik ekonomi bilateral.
Namun, hingga saat ini belum ada keputusan resmi yang diumumkan. Pemerintah Tiongkok masih dalam tahap mempertimbangkan dampak dan konsekuensi dari setiap langkah yang diambil. Jika benar kebijakan tarif ini ditangguhkan atau dilonggarkan, ini akan menjadi perkembangan besar dalam dinamika perang dagang yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.
Sebaliknya, bagi Amerika Serikat, keputusan ini juga akan menjadi momen penting untuk mengukur sejauh mana tekanan ekonomi yang mereka dorong telah mempengaruhi kebijakan Tiongkok. Ini bisa membuka ruang bagi AS untuk menyusun ulang strategi dagangnya di Asia, sekaligus memperkuat posisi mereka dalam persaingan global yang semakin kompleks.
Sumber: Bloomberg, 2025.