Insiden BYD Seal Terbakar di Jakbar, Amankah EV?

Mobil listrik BYD Seal terduga terbakar di Kota Bambu Utara, Palmerah, Jakarta Barat, Selasa (13/5/2025) pukul 04.18 WIB. Kendaraan bertenaga baterai tersebut, terlihat mengeluarkan asap tebal, dan diduga terjadi korsleting di baterai.
Pihak BYD Motor Indonesia, melalui Head of PR and Government Relation, Luther Panjaitan menyampaikan turut prihatin atas insiden yang menimpa pemilik BYD Seal tersebut, dan memohon maaf atas ketidaknyamanan tersebut.
Berdasarkan informasi di lapangan, Luther juga mengatakan tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.
“Perlu kami klarifikasi, bahwa yang terjadi adalah insiden asap, dan bukan berasal dari api seperti beberapa foto yang beredar. Di mana, memperlihatkan pantulan lampu mobil berwarna merah pada asap tersebut,” jelas Luther, dalam keterangan kepada Liputan6.com melalui pesan elektronik.
Lanjut Luther, berkat dukungan berbagai pihak, situasi sudah dapat ditangani dengan cepat, termasuk pihak BYD Motor Indonesia sudah menjemput unit tersebut.
“Saat ini, tim aftersales BYD sedang melakukan investigasi menyeluruh agar dapat melakukan identifikasi permasalah secara rinci, dan menemukan penyebab dari masalah tersebut,” tegas Luther.

BYD sendiri menggunakan baterai jenis LFP, yang juga sering disebut Lithium Iron Phosphate, sendiri cuma salah satu dari beberapa jenis katoda yang lazim digunakan dalam baterai lithium. Katoda jenis lainnya adalah LNCA, LiCoO2, LiMn2O4, hingga LNCM.

Katoda adalah logam yang mengalami reduksi dengan menangkap elektron hasil dari oksidasi logam. Ini merupakan komponen penting dari baterai sekunder (isi ulang) untuk mendapatkan baterai dengan performa yang baik.

Dengan karakteristik tertentu, baterai LFP atau LiFePO4 menawarkan sejumlah kelebihan dan kekurangan yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan dan pengembangan teknologi baterai modern, antara lain:

1. Keamanan tinggi

LiFePO4 dikenal dengan keamanannya yang tinggi. Struktur kristal LiFePO4 memberikan kestabilan termal yang baik, mengurangi risiko panas berlebih atau bahkan kebakaran yang mungkin terjadi pada jenis baterai lain, bahkan dalam beberapa test melibatkan penusukan baterai menggunakan benda tajam

2. Siklus hidup panjang
Salah satu keunggulan utama dari baterai LiFePO4 adalah siklus hidup yang panjang. Baterai ini dapat menangani ribuan siklus pengisian dan pengosongan tanpa mengalami degradasi kinerja yang signifikan.
LiFePO4 memiliki siklus hidup 1.000-10.000 siklus. Litium besi fosfat memiliki laju pelepasan yang sangat baik dan degradasi yang lebih sedikit pada suhu tinggi. 
Karena fitur masa pakainya yang lebih lama, Anda dapat menggunakan baterai ini untuk berbagai aplikasi. Baterai LiFePO4 standar yang memenuhi syarat tetap memiliki DOD 80 persen hingga 2000 siklus pengosongan dan pengisian daya.

3. Daya keluar stabil
LiFePO4 memberikan daya keluar yang stabil selama pemakaian, membuatnya cocok untuk aplikasi yang memerlukan keluaran daya yang konsisten seperti kendaraan listrik (Electric Vehicle) dan sistem penyimpanan energi. Yes, konsisten. voltase baterai LFP hanya akan berkurang sedikit, meskipun sudah 10% daya. Tidak seperti tipe lain yang akan menjadi lemot ketika tinggal 30% atau bahkan 50% daya. ini menimbulkan potensi masalah sebenarnya, karena voltmeter tidak dapat mendeteksi ketika baterai sudah lowbat, lalu ketika akhirnya terdeteksi lowbat, berarti baterainya sudah benar-benar habis daya. mungkin hanya beberapa puluh meter sebelum mogok, solusinya harus menggunakan ampere meter, atau seperti TS, hitung jarak tempuh saja. metodenya: charge sampai full, lalu pakai sampai mogok, hitung berapa KM jaraknya.

4. Ketersediaan fosfat
LiFePO4 menggunakan fosfat sebagai salah satu bahan utamanya, yang lebih melimpah dan lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan bahan yang digunakan dalam beberapa jenis baterai lithium-ion lainnya.

5. Penyimpanan yang baik 
Baterai LiFePO4 dapat digunakan untuk berbagai aplikasi seperti mesin elektronik, militer, aplikasi medis, dan motor listrik. Bahan kimia besi fosfat yang aman dan tidak adanya prosedur daur ulang membuat baterai ini lebih murah dibandingkan baterai LiPo dan Li-ion. Daya simpan tidak akan drop seperti baterai jenis lain.

Namun, ada juga kekurangan Baterai LiFePO4, antara lain:
1. Energi spesifik rendah
Meskipun memiliki siklus hidup yang panjang, baterai LFP memiliki energi spesifik yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan beberapa jenis baterai lithium-ion lainnya, akibatnya, untuk daya yang sama, baterai LFP akan lebih berat bobotnya.

2. Harga relatif tinggi
Baterai LiFePO4 memiliki harga yang relatif tinggi dalam perbandingan dengan beberapa teknologi baterai lainnya.
Proses manufaktur dan penggunaan bahan berkualitas tinggi berkontribusi terhadap biaya yang lebih tinggi. Namun, penting untuk mempertimbangkan siklus hidup dan keselamatannya yang panjang ketika mengevaluasi efektivitas biaya secara keseluruhan. Harga sekian untuk 2000x charge, lumayan lah, ketimbang baterai lain yang biasanya 800x charge, atau kurang. TS charge di PLN hanya habis rp 10.000 untuk charge baterai 50AH 72volt. tapi daya di PLN agak besar, charging hanya 3 jam untuk penuh, biasanya 5-7 jam. Efek sampingnya jadi lebih panas aja sih chargernya. BTW, ini bukan tipe fast charging ya, hanya 830watt.

3. Debit yang dalam dan kepadatan rendah
Kelemahan LiFePO4 yang terakhir  adalah debit yang dalam dan kepadatan yang rendah. Kekurangan ini membuat baterai ini tak cocok untuk perangkat kecil seperti ponsel pintar. Oleh karena itu, baterai LiFePO4 ini terutama digunakan pada LEV (kendaraan rendah emisi) dan sepeda listrik. Lebih awet dalam konteks umur dan charging cycle, tapi lebih berat dan rendah daya. Butuh ukuran fisik lebih besar untuk memberikan daya yang sama dengan lithium ion


Insiden BYD Seal Terbakar di Jakbar, Amankah EV?

TS sendiri sudah setahun menggunakan molis dengan baterai tipe LFP dengan daya lumayan besar. Dengan mode berkendara santuy, paling cepat hanya 55 km/h, TS bisa menjangkau 160km dengan mudah dan tanpa deg-degan (mungkin bisa lebih jauh, tapi TS tidak berani ambil resiko dorong motor). Tidak pernah ada insiden dengan baterai.
160 km sekali charge menghabiskan 10ribu, berapa hari sekali ya kalau pemakaian jakarta-bekasi atau depok bekasi?

Lalu, amankah EV?

Sejauh pengalaman TS, aman. Tapi ada syarat yang harus dipenuhi, antara lain:
1. Menggunakan tipe LFP, bukan lithium ion, atau lead acid
2. Matikan sakelar kendaraan jika tidak akan digunakan dalam waktu lama
3. Gunakan charger yang bagus dan stabil
4. Hindari fast charging
5. Gunakan, atau upgrade dengan suku cadang yang lebih bagus (biasanya saklar atau konektor bawaan kurang bagus, tapi ini mungkin hanya motor TS saja).

Gimana menurut agan-agan? ada yang sudah menggunakan EV? Share pengalaman dong.

(sumber: Penyebab Mobil BYD Terbakar di Palmerah Diduga dari Baterai – News Liputan6.com
Internal photos of BYD blade battery disassembly.
BYD Indonesia Angkat Bicara soal Insiden BYD Seal Terbakar di Jakbar)

Fenomena Sedih: Banyak Anjing Ditinggal Setelah Libur Lebaran Berakhir

Naiknya Kasus Penelantaran Anjing Pasca Lebaran

• Banyak tempat penampungan di Jakarta & Bandung menerima anjing yang ditinggal atau diserahkan setelah pemiliknya mudik.
• Beberapa kasus ditemukan anjing dibiarkan di luar pagar atau di tempat umum.
• Lembaga seperti Animal Defender & Garda Satwa menyuarakan pentingnya adopsi bertanggung jawab.

Anjing bukan barang liburan. Mereka teman seumur hidup.
Jangan tinggalkan mereka cuma karena “udah repot”.

Baca dan resapin itu!!!!!!!!!!

Fenomena Sedih: Banyak Anjing Ditinggal Setelah Libur Lebaran Berakhir

Isu Ijazah Palsu Mencuat, Jokowi Kunjungi Dosen Pembimbing Saat Kuliah

Isu Ijazah Palsu Mencuat, Jokowi Kunjungi Dosen Pembimbing Saat Kuliah

CNN Indonesia

Rabu, 14 Mei 2025 07:01 WIB

Quote:

Jakarta, CNN Indonesia — Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) mengunjungi kediaman dosen pembimbingnya saat berkuliah di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang bernama Kasmudjo pada Selasa (13/6) kemarin.

Kunjungan itu dilakukan dan turut diunggah Jokowi di akun Instagram @Jokowi saat isu ijazah palsu lulusan UGM mencuat dan sedang berproses secara hukum.

“Hari ini, saya berkunjung untuk bersilaturahmi dengan Dosen Pembimbing Akademik saat kuliah di Fakultas Kehutanan UGM, Bapak Ir. Kasmudjo. Di usia 75 tahun, beliau masih sehat dan penuh semangat. Semoga Allah SWT senantiasa memberi kesehatan dan kekuatan kepada beliau,” kata Jokowi dalam keterangannya di unggahan tersebut.

Dalam unggahan tersebut tampak Jokowi masuk ke dalam kediaman Kasmudjo dan kemudian berbincang hangat dengan dosen yang kini berusia 75 tahun itu.

Di sisi lain, Kasmudjo mengaku terkejut dengan kunjungan Jokowi. Ia juga tampak mengucapkan rasa syukur ketika dikunjungi Jokowi yang sempat menjabat presiden dua periode itu.

“Alhamdulillah, saya kaget dikabari adik Jokowi mau ke sini,” kata Kasmudjo saat menyambut kedatangan Jokowi, dikutip dari video yang diunggah.

Sebelumnya, sejumlah proses hukum tengah berjalan yang berkaitan dengan isu tudingan ijazah palsu lulusan UGM Jokowi.

Proses hukum tersebut mulai dari dugaan pencemaran nama baik yang Jokowi adukan terhadap beberapa pihak hingga beberapa pihak menggugat keaslian ijazah Jokowi ke pengadilan.

Untuk kasus terakhir, Jokowi menghadapi proses hukum di Bareskrim Polri dan Pengadilan Negeri (PN) Surakarta.

Sementara, kubu Jokowi juga mengadukan beberapa pihak yang mempermasalahkan ijazahnya. Laporan antara lain dilayangkan di Polda Metro Jaya, Semarang, Solo hingga Sleman.

(mab/ugo)

sumber


BISIKAN LANTAI 7

BISIKAN LANTAI 7

PROLOG

Hujan jatuh seperti ribuan jarum perak menusuk kota Jakarta malam itu. Dari ketinggian lantai tujuh Apartemen Puncak Megah, tetesan air tampak seperti layar tirai yang bergerak lembut, memisahkan dunia nyata dengan sesuatu yang lain—sesuatu yang lebih gelap, lebih dalam. Gemuruh guntur sesekali menyambar, menyinari langit kelabu dengan kilatan putih kebiruan, menciptakan bayangan-bayangan aneh pada dinding-dinding kamar apartemen yang kosong.

Puncak Megah menjulang arogan di tengah kota, menara kaca dan beton yang mencakar langit dengan kesombongan tersendiri. Dari kejauhan, lampu-lampu gedung berkedip seperti bintang-bintang buatan, menipu mata dengan janji kemewahan dan keamanan. Tetapi ada satu bagian gedung yang selalu gelap, tidak peduli seberapa terang cahaya di sekitarnya—lantai tujuh.

Dalam keheningan koridor lantai enam, Maya Adisurya terbangun dengan napas terengah. Rambutnya yang hitam sebahu lengket oleh keringat dingin yang membasahi tengkuknya. Apartemen barunya terasa asing dan tidak ramah di tengah malam—dinding-dinding putih yang terlalu bersih, jendela besar yang menghadap ke kekosongan lantai di atasnya. Sudah tiga malam berturut-turut ia terbangun pada jam yang sama: pukul 3:07 dini hari.

“Hanya mimpi,” bisiknya pada diri sendiri, meski instingnya mengatakan sebaliknya.

Dengan tangan sedikit gemetar, Maya menyalakan lampu meja. Bayangan tubuhnya memanjang di dinding. Sebagai psikolog forensik, ia terbiasa menganalisis ketakutan—baik milik orang lain maupun miliknya sendiri. Tetapi ketakutan yang ia rasakan selama tiga malam terakhir ini berbeda. Lebih primitif. Lebih… personal.

Maya berjalan ke dapur, menuangkan segelas air, dan meneguknya perlahan. Matanya yang tajam dan gelap menatap ke refleksinya sendiri pada jendela. Di belakangnya, sekilas, ia melihat bayangan bergerak di sudut ruangan. Maya menoleh cepat, tetapi tidak ada siapa-siapa di sana. Tentu saja tidak ada siapa-siapa.

tap… tap… tap…

Suara langkah-langkah halus terdengar dari lantai di atasnya. Maya menengadah, memandangi plafon apartemennya.

“Tidak mungkin,” bisiknya lagi. Lantai tujuh seharusnya kosong. Ditutup sejak tragedi dua puluh tahun lalu.

Maya menggelengkan kepala, berusaha berpikir logis. Mungkin suara pipa. Mungkin ekspansi material bangunan. Mungkin—

“Pulang,” sebuah bisikan samar terdengar.

Maya membeku. Suaranya begitu dekat, seolah seseorang berbisik langsung ke telinganya. Suara anak kecil. Suara seorang gadis.

Mengikuti naluri, Maya mengambil ponselnya dan mulai merekam. Sebagai peneliti, ia terlatih untuk mendokumentasikan segala hal yang anomali. Dan bisikan itu… jelas anomali.

Di luar, hujan semakin deras. Kilat menyambar, sejenak menerangi seluruh ruangan dengan cahaya putih kebiruan yang menyilaukan. Di sudut kamar, untuk sepersekian detik yang singkat namun mengejutkan, Maya melihat sosok seorang gadis kecil berdiri menatapnya—rambut hitam panjang yang diikat dua, gaun putih sederhana dengan noda gelap di bagian bawahnya.

“Melati?” Nama itu keluar begitu saja dari bibir Maya, tanpa ia sadari, seperti ingatan yang terkubur lama dan tiba-tiba muncul ke permukaan.

Tapi sosok itu menghilang secepat kemunculannya saat kegelapan kembali menyelimuti kamar. Maya bergegas ke sudut kamar, jantungnya berdegup kencang. Tidak ada siapa-siapa di sana. Tentu saja. Tapi kenapa lantai di tempat gadis itu berdiri terasa dingin sekali?

Dan yang lebih mengejutkan—mengapa ia menyebut nama Melati?

Maya kembali ke tempat tidurnya, mencatat pengalamannya dalam jurnal seperti yang selalu ia lakukan. Di tengah tulisannya, ia berhenti dan menyadari ada sesuatu yang aneh dengan catatannya. Tulisan tangannya berubah di beberapa bagian, menjadi tulisan yang lebih kecil dan berantakan—seperti tulisan anak-anak.

Di sudut halaman, ada gambar spiral kecil yang tidak ia ingat telah menggambarnya.

Selama beberapa saat, Maya hanya duduk diam, mendengarkan suara hujan yang mengetuk jendela. Petir menyambar, bayangan-bayangan bermain di dinding kamarnya, dan di tengah cahaya yang berkedip itu, refleksinya di cermin seolah bergerak dengan gerakan yang berbeda dari dirinya.

“Pulang” bisik refleksi itu.

Keesokan paginya, hujan masih turun rintik-rintik, lebih lembut dari badai semalam. Jakarta bangun dengan wajah basah dan langit kelabu. Inspektur Darmawan menyeruput kopi pahitnya sambil menatap keluar jendela kantornya. Usianya yang sudah menginjak 50 tahun terasa semakin berat, terutama saat hujan seperti ini—luka tembak di bahu kanannya berdenyut nyeri, mengingatkannya pada kasus yang nyaris merenggut nyawanya lima tahun lalu.

Telepon di mejanya berdering.

“Inspektur Darmawan,” ia menjawab dengan suara dalam yang sedikit serak akibat terlalu banyak merokok. Kebiasaan yang sedang berusaha ia tinggalkan.

“Pak, ada laporan penemuan mayat di Apartemen Puncak Megah, lantai enam,” suara muda di ujung telepon melapor dengan nada profesional. “Korban laki-laki, usia sekitar awal 40-an. Dokter Budi Pratama.”

Darmawan mengerutkan kening. “Lantai enam?”

“Ya, pak. Tepat di bawah lantai tujuh.”

Darmawan menghela napas berat. Ini korban ketiga dalam dua bulan. Semua ditemukan di lantai-lantai yang menghadap langsung ke lantai tujuh yang misterius itu.

“Aku akan segera ke sana,” jawabnya pendek sambil menutup telepon.

Ia membuka laci mejanya, mengeluarkan map berisi catatan kasus dua korban sebelumnya: Hendri Santoso, mahasiswa arsitektur, 22 tahun; dan Lina Wijaya, eksekutif muda, 28 tahun. Keduanya ditemukan tewas dengan cara yang sama—jendela terbuka, tubuh tergeletak di lantai dengan ekspresi aneh, seperti senyuman yang dipaksakan.

Darmawan mengambil mantel hujannya, menatap foto-foto di map untuk terakhir kali sebelum menutupnya. Ada sesuatu yang familiar dari semua kasus ini, sesuatu yang mengusik ingatannya tentang tragedi dua puluh tahun lalu. Ia butuh bantuan khusus untuk kasus ini.

Ia mengambil ponselnya, mencari sebuah kontak yang sudah lama tidak ia hubungi. Dr. Maya Adisurya—mantan mahasiswanya yang kini menjadi psikolog forensik ternama. Jarinya berhenti sejenak sebelum menekan tombol panggil. Apakah bijaksana memanggilnya kembali ke Jakarta, setelah apa yang terjadi dulu?

Petir menyambar di kejauhan. Darmawan menatap ke arah jendela, dan untuk sesaat, ia seolah melihat refleksi seorang gadis kecil di kaca yang basah oleh tetesan hujan—gadis dengan rambut diikat dua dan gaun putih.

Ketika ia mengedipkan mata, refleksi itu hilang.

Darmawan menekan tombol panggil.

Di TKP, Apartemen Puncak Megah tampak lebih suram dari biasanya. Polisi dan tim forensik berseliweran di lobi mewah yang kini menjadi pusat perhatian penghuni yang penasaran. Gunawan, pengelola apartemen—pria kurus tinggi dengan wajah oval keriput—mondar-mandir dengan gelisah, berulang kali mengusap keringat di dahinya meski udara cukup dingin.

“Ini akan merusak reputasi kami,” keluhnya pada siapa saja yang mau mendengar. “Tiga kasus dalam dua bulan. Orang-orang akan mulai bertanya-tanya.”

Darmawan mengabaikannya, melangkah masuk ke lift menuju lantai enam. Di dalam lift, ia berdiri diam, memperhatikan tombol-tombol lantai. Ada sesuatu yang aneh—antara tombol 6 dan 8, tombol lantai 7 tertutup selotip hitam. Sudah bertahun-tahun, tidak ada yang diizinkan mengakses lantai tersebut.

Lift berhenti di lantai enam. Koridor apartemen yang biasanya sunyi kini dipenuhi petugas. Darmawan melangkah menuju unit yang ditandai dengan garis polisi.

Di dalam, pemandangan yang sudah ia duga: seorang pria tergeletak telentang di dekat jendela yang terbuka. Angin dan gerimis sesekali menerobos masuk, membuat tirai putih melambai-lambai seperti hantu. Dokter Budi Pratama terbaring dengan mata terbuka, menatap langit-langit dengan ekspresi aneh—campuran ketakutan dan… kepuasan?

“Sama seperti dua korban sebelumnya,” kata dokter forensik yang berjongkok di samping mayat. “Tidak ada tanda-tanda kekerasan. Kemungkinan besar bunuh diri.”

Darmawan mengangguk, tapi instingnya mengatakan ada yang lebih dari sekadar bunuh diri. Ia memperhatikan ruangan itu—rapi, bersih, seperti kepribadian dokter itu sendiri. Di meja kerjanya, sebuah jurnal terbuka menampilkan catatan terakhir korban.

“Mereka memanggilku. Dari balik cermin, dari langit-langit, dari lantai di atas. Bisikan-bisikan itu semakin jelas. Mungkin aku sudah gila, tapi aku yakin ada sesuatu di lantai tujuh yang menginginkan sesuatu dariku. Dan anehnya, aku merasa harus menurutinya.”

Di samping jurnal itu, ada beberapa foto polaroid yang menampilkan sudut-sudut apartemen dengan tulisan tangan: “Anomali suhu -5°C,” “Gangguan elektromagnetik terdeteksi,” “Frekuensi aneh terekam pada 3:07 AM.”

Darmawan mengambil salah satu foto—foto cermin kamar mandi dengan tulisan kabur yang tampak seperti ditulis dengan jari di permukaan berembun: “Ingatlah.”

“Inspektur,” panggil salah satu petugas. “Kami menemukan ini di komputer korban. Sepertinya rekaman dari kamera pengawas yang dia pasang di apartemennya.”

Video itu menunjukkan Budi Pratama tertidur di tempat tidurnya. Waktu di sudut bawah menunjukkan pukul 3:05 pagi. Dua menit kemudian, dokter itu tiba-tiba bangun, tapi gerakannya aneh—kaku dan tidak natural. Ia berjalan perlahan ke arah jendela, membukanya, lalu berdiri diam menatap keluar selama beberapa menit. Kemudian, dengan gerakan lambat, ia menoleh ke arah kamera. Wajahnya menampilkan senyum yang sama sekali tidak mirip dengan ekspresinya yang biasa—terlalu lebar, terlalu… lapar.

Video itu berakhir tiba-tiba.

“Tunggu,” Darmawan mengernyitkan dahi. “Coba putar lagi bagian di mana ia menoleh ke kamera.”

Petugas itu menurutinya. Darmawan memperhatikan dengan seksama. Tepat sebelum video berakhir, ada kilatan bayangan di belakang Budi—seperti sosok kecil yang berdiri di sudut kamar.

“Bisa diperbesar dan diperjelas?” tanyanya.

Setelah beberapa saat pengaturan, bayangan itu sedikit lebih jelas—sosok yang tampak seperti anak kecil dengan rambut panjang yang diikat dua.

Darmawan merasakan tengkuknya meremang. Ia pernah melihat sosok itu sebelumnya—dua puluh tahun lalu, dalam kasus kematian keluarga Wijaya.

“Hubungi Dr. Maya Adisurya,” perintahnya pada asisten. “Katakan padanya ini darurat. Kita butuh keahliannya sekarang.”

Saat petugas itu bergegas pergi, Darmawan melangkah ke arah jendela yang terbuka. Dari sini, ia bisa melihat jendela-jendela gelap lantai tujuh yang menatap balik seperti mata kosong yang mengawasi. Untuk sesaat, ia merasa salah satu jendela itu tidak kosong—ada wajah pucat seorang gadis kecil yang menempel pada kaca, menatap langsung ke arahnya.

Darmawan mengerjapkan mata, dan sosok itu hilang.

Di luar, hujan kembali turun dengan deras, membasahi Jakarta yang seolah menangis untuk satu lagi nyawa yang terenggut oleh bisikan dari lantai tujuh.

Di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Maya Adisurya melangkah keluar dari area kedatangan dengan langkah tegap yang menyembunyikan kegugupannya. Sepuluh tahun berlalu sejak terakhir kali ia menginjakkan kaki di Jakarta—kota yang menyimpan terlalu banyak kenangan yang ingin ia lupakan.

Udara Jakarta menyapanya dengan kelembapan yang familiar—campuran polusi, panas, dan sesuatu yang khas Indonesia yang tidak bisa ia temukan di manapun. Maya menghirup napas dalam-dalam, merasakan kota ini kembali merayap masuk ke dalam pori-porinya.

“Selamat datang kembali, Dr. Adisurya.”

Maya menoleh dan menemukan sosok yang sudah ia kenal dengan baik—Inspektur Darmawan—menunggunya dengan senyum lelah. Meski sudah bertambah usia, dengan rambut yang kini lebih banyak putihnya daripada hitamnya, mata pria itu masih setajam yang Maya ingat—mata yang bisa melihat menembus topeng dan kebohongan.

“Inspektur,” Maya mengangguk formal, menyembunyikan rasa hangat melihat mentornya dulu. “Atau sekarang sudah naik pangkat?”

Darmawan tertawa kecil. “Masih inspektur. Kau tahu aku tidak pandai berpolitik di kantor.”

Ada keheningan canggung sejenak. Terlalu banyak yang tidak terkatakan di antara mereka—tentang kepergian Maya yang tiba-tiba, tentang kasus-kasus yang ditinggalkan, tentang rahasia-rahasia yang terkubur.

“Jadi,” Maya memecah keheningan, “tiga kasus bunuh diri yang identik.”

Darmawan mengangguk, menuntun Maya menuju mobil dinasnya yang diparkir di area jemput. “Tiga korban dalam dua bulan. Semua tinggal di unit yang menghadap langsung ke lantai tujuh Apartemen Puncak Megah.”

Maya merasakan jantungnya berdebar lebih cepat mendengar nama apartemen itu. “Puncak Megah,” ulangnya pelan, seolah mengucapkan nama tempat keramat.

“Ya,” Darmawan membuka pintu mobil untuk Maya. “Tempat yang kau hindari selama sepuluh tahun terakhir.”

Maya menatap mantan mentornya dengan tajam. “Aku tidak menghindarinya. Aku hanya tidak punya alasan untuk kembali.”

“Hingga sekarang,” Darmawan menutup pintu dan berjalan ke sisi pengemudi.

Di dalam mobil, sementara mereka meninggalkan area bandara menuju kemacetan Jakarta, Maya membuka file kasus di tabletnya—foto-foto TKP dan korban yang Darmawan kirimkan melalui email.

“Semua korban ditemukan dengan ekspresi yang sama,” gumam Maya, memperhatikan senyuman aneh di wajah para korban. “Seperti mereka melihat sesuatu yang… membahagiakan sekaligus mengerikan.”

“Dan semuanya meninggalkan catatan atau rekaman yang menyebutkan ‘bisikan’ atau ‘panggilan’,” tambah Darmawan. “Seolah-olah ada sesuatu yang memanggil mereka.”

Maya terus membaca detail kasus, hingga matanya tertuju pada nama korban kedua: Lina Wijaya.

“Wijaya?” Maya mengangkat wajahnya, menatap Darmawan dengan tatapan menyelidik. “Seperti keluarga Wijaya yang…”

“Ya,” potong Darmawan. “Sepupu jauh dari keluarga yang sama. Aku sudah memeriksa silsilah keluarganya.”

Maya kembali menatap file di tangannya, mencoba menyembunyikan getaran di jarinya. “Dan apartemen ini—Puncak Megah—dibangun di atas tanah bekas panti asuhan yang ditutup karena skandal, bukan?”

“Kabar angin mengatakan begitu,” Darmawan mengangguk sambil fokus menyetir. “Tapi dokumen-dokumen resmi tentang hal itu sulit ditemukan. Seolah-olah ada yang berusaha menghapus sejarah tempat itu.”

Hujan mulai turun lagi saat mereka memasuki pusat kota Jakarta. Maya menatap keluar jendela, memperhatikan gedung-gedung pencakar langit yang bermunculan selama ketidakhadirannya. Tapi di antara perubahan-perubahan itu, ada sesuatu yang tidak berubah—perasaan bahwa kota ini menyimpan terlalu banyak rahasia, terlalu banyak bisikan.

“Aku sudah menyiapkan kamar hotel untukmu,” kata Darmawan memecah keheningan.

“Tidak,” Maya menggeleng tegas. “Aku ingin tinggal di Puncak Megah. Unit di lantai enam yang menghadap langsung ke lantai tujuh, jika memungkinkan.”

Darmawan menoleh tajam. “Kau yakin itu ide bagus? Tiga orang sudah tewas di unit-unit serupa.”

Maya tersenyum tipis, senyum yang tidak mencapai matanya. “Justru itu gunanya aku di sini, bukan? Untuk mencari tahu apa yang terjadi. Aku butuh observasi langsung.”

“Aku tidak mau kehilangan psikolog forensik terbaikku karena kecerobohan,” Darmawan menggeleng.

“Mantan mahasiswamu ini sudah dewasa, Inspektur,” Maya menjawab dengan nada yang lebih lembut. “Aku tahu apa yang kulakukan.”

Darmawan menghela napas panjang. “Baiklah. Tapi dengan satu syarat—aku memasang kamera pengawas dan alarm darurat di unitmu. Dan kau harus melapor padaku setiap enam jam.”

Maya mengangguk. “Deal.”

Mereka berkendara dalam diam selama beberapa saat. Hujan semakin deras, menciptakan tirai air yang membuat pemandangan di luar kabur. Entah hanya perasaannya saja atau memang kenyataan, tetapi Maya merasa hujan selalu lebih deras saat ia berada di Jakarta.

“Apa yang tidak kau ceritakan padaku, Inspektur?” tanya Maya tiba-tiba, tanpa mengalihkan pandangan dari jendela.

Darmawan memperhatikan mantan mahasiswanya dari sudut mata. Maya selalu memiliki kemampuan membaca orang—salah satu kualitas yang membuatnya menjadi psikolog forensik yang hebat.

“Ada saksi,” Darmawan akhirnya menjawab. “Seorang wanita tua bernama Nyonya Hartini, tetangga unit korban terakhir. Ia mengklaim melihat korban berjalan seperti ‘orang yang dikendalikan’ menuju jendela tengah malam. Dan ia juga mengklaim melihat sosok seorang gadis kecil di koridor malam itu.”

“Gadis kecil?” Maya menoleh cepat.

“Ya. Dengan rambut hitam diikat dua dan gaun putih. Persis seperti gambaran Melati Wijaya.”

Nama itu mengirimkan gelombang dingin ke tulang belakang Maya, meski ia berusaha keras tidak menunjukkannya.

“Dan kau percaya pada kesaksian wanita tua ini?” tanya Maya, berusaha terdengar skeptis.

“Aku percaya ada sesuatu yang tidak beres di Puncak Megah,” jawab Darmawan hati-hati. “Sesuatu yang terkait dengan kasus dua puluh tahun lalu. Kasus yang tidak pernah benar-benar ditutup.”

Maya terdiam sejenak. “Kau ingin aku menyelidiki kasus bunuh diri ini, atau kau ingin aku membuka kembali kasus keluarga Wijaya?”

Darmawan akhirnya menatap Maya ketika mereka berhenti di lampu merah. “Aku rasa keduanya terhubung, Maya. Dan entah bagaimana, kau adalah kunci untuk memahami hubungan itu.”

Maya mengalihkan pandangannya kembali ke jendela. Di refleksi kaca yang basah oleh hujan, untuk sesaat, ia seolah melihat wajah lain menumpuk dengan wajahnya sendiri—wajah seorang gadis kecil dengan mata yang terlalu tua untuk usianya.

“Aku hanya berharap kau tahu apa yang kau lakukan dengan membawaku kembali ke sini,” bisik Maya.

Lampu berubah hijau, dan Darmawan melajukan mobilnya kembali. Dalam keheningan, keduanya tahu ada sesuatu yang lebih besar menunggu mereka. Sesuatu yang telah lama menunggu kepulangan Maya.

Quote:

Anjingmu Nempel Terus? Ternyata Ini 5 Alasannya (Nomor 3 Bikin Meleleh)

Anjingmu Nempel Terus? Ternyata Ini 5 Alasannya (Nomor 3 Bikin Meleleh)

Anjingmu Nempel Terus? Ternyata Ini 5 Alasannya (Nomor 3 Bikin Meleleh)

Kamu pernah gak sih lagi nyantai di rumah, terus anjingmu tiba-tiba duduk di kaki kamu, nempel kayak lem?
Atau pas kamu ke dapur, dia ikut. Ke toilet, dia ikut. Bahkan kadang lebih lengket dari bayangan mantan yang susah dilupain.

Jangan langsung mikir dia manja. Bisa jadi, dia cuma menunjukkan rasa sayang dan kepercayaan. Nah, di artikel ini, kita bakal bahas kenapa anjing bisa nempel terus sama kamu. Beberapa alasannya mungkin bikin kamu terharu.

1. Mereka Merasa Aman Sama Kamu

Anjing punya insting protektif. Kalau mereka merasa nyaman dan aman, mereka bakal pengen selalu ada di dekat “orang utamanya”.
Mereka lihat kamu sebagai pemimpin “pack”. Di dekat kamu, mereka gak waspada, gak khawatir. Mereka bisa istirahat, bahkan tidur dengan tenang. Kadang, posisi paling nyaman itu bukan di kasur mahal—tapi di kaki kamu yang pegal.

2. Mereka Lagi Cari Perhatian

Kadang mereka nempel bukan cuma karena cinta, tapi juga pengen main.
“Ayo dong lempar bola itu!” atau “Gosok perutku, plis!” adalah kode yang mereka kasih tanpa ngomong.
Dan anjing tuh pintar banget membaca suasana hati kita. Mereka tahu kapan kita bisa digoda dan kapan harus duduk diam.

3. Mereka Bisa Merasa Kamu Lagi Down

Nah ini yang bikin meleleh. Banyak studi bilang anjing bisa ‘mencium’ perubahan hormon dalam tubuh manusia.
Pas kamu stres, sedih, atau panik, mereka tahu. Makanya mereka mendekat.
Gak ngomong apa-apa. Cuma duduk. Tapi itu cukup banget, kan?

Gue pernah sakit seminggu, dan anjing gue, si Elvy, cuma duduk di ujung kasur, nunggu. Gak main, gak nyari snack. Dia kayak tahu, “Gue temenin kamu, ya.”

4. Naluri Protektif Muncul

Kalau kamu tinggal di rumah baru, atau kedatangan orang asing, atau kamu baru sembuh dari sakit, anjingmu mungkin bakal makin nempel.
Mereka menjaga kamu. Bahkan anjing kecil kayak toy poodle pun bisa berubah jadi penjaga sejati pas kamu drop.

5. Mereka Udah Sayang Banget

Yup, sesederhana itu. Mereka sayang banget sama kamu. Udah terlalu lekat, terlalu percaya.
Gak peduli kamu bau, marah, atau lagi diem. Mereka tetap nempel. Karena buat mereka, kamu adalah DUNIA.

Lalu Solusinya?

Gak semua orang punya waktu 24 jam buat nemenin anjingnya. Ada kerjaan, tugas, aktivitas sosial. Tapi bukan berarti mereka harus merasa sendiri.

Dogtopia Gading Serpong hadir sebagai tempat yang bisa bantu anjing kamu tetap merasa “ditemani”.
Di sana, ada handler yang ramah, lingkungan yang stimulatif, dan teman-teman baru yang bisa diajak main bareng.
Jadi meskipun kamu lagi sibuk, mereka tetap bahagia.

Anjing gak bisa bilang “aku sayang kamu” pakai kata-kata. Tapi mereka bilang itu lewat tindakan: nempel, duduk diam, ikut kamu ke mana-mana.

Kalau kamu punya pengalaman lucu atau menyentuh soal anjing yang nempel terus, share dong di kolom komentar.
Siapa tahu cerita kamu bikin yang lain ikut senyum hari ini.

The Untold Story: F-35 Nyaris Kena Sambit Rudal Milisi Houthi

Quote:

Dalam Operation Rough Rider yang dimulai 15 Maret 2025 atas perintah Donald Trump, militer Amerika kemudian menggempur habis-habisan Yaman melalui serangan udara. Serangan itu melibatkan F-16, F-35 dan pesawat bomber B-2 Spirit.

Namun, ada kabar yang cukup mengejutkan nih Gan, bahwa F-16 dan F-35 nyaris kena sambit rudal milik Houthi. Di sini kita akan fokus ke insiden yang dialami F-35. Karena pesawat ini diklaim punya kemampuan stealthalias siluman, yang artinya membuat F-35 secara teori sulit dideteksi radar.

Informasi terkait F-35 yang nyaris kena sengat rudal Houthi disampaikan pejabat Amerika secara anonim kepada The New York Times. Dalam keterangan ke media tersebut, rudal Houthi sangat dekat dengan F-35. Sehingga memaksa pilot F-35 melakukan manuver esktrim untuk menghindari rudal. Namun, pejabat itu tidak memberi rincian kapan insiden itu terjadi ? Juga tidak disebutkan F-35 varian mana yang terlibat.

Sebagai informasi bagi Agan yang belum tahu, F-35 dibagi menjadi 3 seri; yakni F-35A dioperasikan USAF, F-35B dioperasikan US Marine dan F-35C dioperasikan US Navy. Pada Maret 2025, F-35A dari Hill Air Force Base tiba di Timur Tengah, di saat bersamaan kapal induk USS Carl Vinson milik US Navy juga berada di kawasan Timur Tengah serta membawa F-35C.

Quote:

Secara teori keluarga besar F-35 punya Radar Cross Section (RCS)yang rendah, sehingga membuat pesawat sulit dideteksi radar musuh. RCS merupakan istilah untuk menyebut tingkat deteksi pada sebuah pesawat. Semakin kecil nilai RCS, maka pesawat akan sulit dideteksi. RCS ini nilainya bervariasi, tergantung arah deteksi radar.

Sebagai gambaran F-35 punya nilai RCS sekitar 0.005 m² sementara B-2 Spirit punya nilai RCS sekitar 0.75 sampai 0.05 m². Untuk F-16 nilai RCS-nya 4.0 m². Secara teori, F-16 akan lebih mudah dideteksi oleh radar lawan, karena merupakan pesawat generasi 4 yang dibuat tahun 1970-an. Dan F-35 tentu akan lebih sulit dideteksi radar.

Namun, ada beberapa faktor yang membuat F-35 nyaris kena ketapel Houthi, salah satunya adalah mungkin saat melakukan misi pesawat membawa tangki bahan bakar tambahan dan senjata yang dipasang dibawah sayap. Pemasangan salah satu dari dua benda yang TS sebut, bisa menambah nilai RCS bagi pesawat siluman.

F-35 adalah pesawat bermesin tunggal, jarak jelajahnya terbatas, pemasangan tangki bahan bakar eksternal bisa menambah jangkauannya. Tapi, konsekuensinya nilai RCS akan meningkat. Sepertinya dalam misi menggempur Yaman, kecil kemungkinan F-35 membawa tangki bahan bakar tambahan.

Quote:

Dugaan TS, F-35 yang nyaris kena ketapel rudal Houthi membawa amunisi tambahan dibawah sayapnya. F-35 sendiri punya 6 hardpoint (cantelan) untuk memasang rudal, bom atau tangki bahan bakar tambahan. F-35 yang membawa senjata dibawah sayap ini kadang disebut sebagai beast mode. Pasalnya pesawat mengorbankan kemampuan siluman demi bisa membawa senjata lebih banyak.

Dugaan TS ini sebenarnya bisa masuk akal, mengingat Paman Rambut Jagung (Donald Trump) mengklaim berhasil menghancurkan seribu target di Yaman dalam satu bulan kampanye Operation Rough Rider. Untuk misi seperti itu, ada kemungkinan F-35 telah dibekali amunisi tambahan dibawah sayapnya. Ini hanya dugaan TS saja dan bisa jadi salah.

Fitur utama pesawat tempur siluman adalah senjata yang tersembunyi di dalam perutnya. Istilahnya di Amerika sana disebut sebagai weapon bay. Dengan senjata yang disembunyikan di dalam badan pesawat, membuat F-35 menjadi sulit dideteksi radar sekaligus mengurangi nilai RCS-nya.

Dugaan lainnya, Houthi memang telah menembakkan banyak rudal sekaligus ke udara, dan pilot F-35 melihat atau mendeteksi rudal tersebut kemudian bermanuver untuk menghindar. Sejauh ini juga tidak diketahui apakah Houthi benar-benar bisa mendeteksi F-35 kemudian membidiknya dengan rudal ? Hal ini masih abu-abu sampai sekarang Gan.

Quote:

Sebenarnya banyak informasi detail yang tidak dipublikasikan oleh pejabat itu kepada The New York Times,hal ini wajar karena operasi yang terkait dengan Houthi untuk sementara dihentikan mulai tanggal 8 Mei kemarin. Sementara Houthi sendiri punya banyak sistem pertahanan udara buatan Iran, yang sudah terlihat adalah Barq, Saqr-1 serta Tabas.

Rincian terkait insiden F-35 ini masih terbatas dan dirahasiakan, jika ada informasi tambahan akan TS buat tulisannya.

Stealth doesn’t mean you’re invisible. Agaknya kalimat ini pas untuk deskripsikan pengalaman pilot F-35 yang ditugaskan menggempur Yaman beberapa bulan lalu. Sampai jumpa di “The Untold Story” selanjutnya emoticon-Cendol (S)

Referensi Tulisan: The New York Times | The Aviationist
Sumber Foto: sudah tertera

Kecepatan Internet INDONESIA TERENDAH daripada negara ASEAN Lainnya

Kecepatan internet Indonesia yang relatif rendah dibandingkan negara lain, terutama di ASEAN, dipengaruhi oleh beberapa faktor utama. Berdasarkan data dan analisis, berikut penjelasan mengenai penyebabnya, faktor-faktor yang memengaruhi, serta langkah-langkah yang dapat diambil pemerintah untuk meningkatkan kecepatan internet:

Kecepatan Internet INDONESIA TERENDAH daripada negara ASEAN Lainnya

Kecepatan Internet ASEAN

Mengapa Internet Indonesia Rendah Dibandingkan Negara Lain?

Menurut *Speedtest Global Index* (Maret 2025), median kecepatan internet mobile Indonesia hanya 40,37 Mbps, menempatkan Indonesia di posisi terbawah di ASEAN. Sebagai perbandingan, Malaysia mencapai 169,04 Mbps, dan Singapura 336,45 Mbps untuk fixed broadband. Beberapa alasan utama meliputi:


Spoiler for Sumber:

{thread_title}

1. Kondisi Geografis yang Sulit

  Indonesia adalah negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau, banyak di antaranya merupakan wilayah terpencil, pegunungan, atau hutan. Kondisi ini menyulitkan pembangunan infrastruktur telekomunikasi seperti menara sinyal atau kabel serat optik, terutama di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar).


Spoiler for Sumber:

2. Infrastruktur yang Belum Merata  

  Penyebaran infrastruktur serat optik masih terbatas, terutama di luar pulau Jawa. Banyak wilayah masih bergantung pada teknologi DSL atau kabel koaksial yang lebih lambat dibandingkan serat optik. Selain itu, kapasitas jaringan dan bandwidth sering kali tidak memadai untuk menangani lonjakan pengguna.


Spoiler for Sumber:

3. Biaya dan Kualitas Layanan

  Biaya internet kabel di Indonesia relatif mahal dibandingkan negara tetangga, dengan kualitas layanan yang rendah. Indonesia berada di peringkat 131 dari 200negara dalam keterjangkauan internet kabel (ITU, 2019). Kurangnya praktik *infrastructure sharing* untuk internet kabel juga meningkatkan biaya operasional penyedia layanan


Spoiler for Sumber:


Spoiler for Sumber:

4. Kapasitas Spektrum Frekuensi yang Terbatas

  Indonesia belum sepenuhnya mengalokasikan spektrum frekuensi baru seperti 2,6 GHz, yang sudah digunakan oleh negara seperti Vietnam dan Singapura untuk meningkatkan kecepatan internet.


Spoiler for Sumber:

5. Tingkat Penetrasi dan Adopsi yang Rendah  

  Meskipun proyek seperti Palapa Ring telah memperluas konektivitas, hanya 26% rumah dengan akses internet kabel yang berlangganan, sebagian besar karena biaya tinggi dan kualitas rendah.


Spoiler for Sumber:

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Internet

Selain alasan di atas, kecepatan internet dipengaruhi oleh faktor teknis dan non-teknis berikut:

1. Jenis Koneksi dan Teknologi  

  – Serat optik menawarkan kecepatan tertinggi (hingga 1 Gbps), tetapi masih terbatas di perkotaan. DSL (10-100 Mbps) dan satelit (latensi tinggi) mendominasi di daerah lain.


Spoiler for Sumber:

  – Teknologi jaringan seluler seperti 4G memiliki cakupan terbatas di daerah terpencil, dan 3G atau GSM jauh lebih lambat.


Spoiler for Sumber:

2. Jumlah Pengguna Bersamaan
  Pada jam sibuk (08.00-15.00 WIB), banyak pengguna mengakses internet secara bersamaan, menyebabkan penurunan kecepatan karena kapasitas jaringan terbagi.


Spoiler for Sumber:


Spoiler for Sumber:

3. Kualitas Perangkat dan Infrastruktur Lokal

  – Modem atau router yang ketinggalan zaman, seperti yang hanya mendukung kecepatan 56 Kbps, membatasi kecepatan akses.


Spoiler for Sumber:

  – Perangkat pengguna (RAM, prosesor, harddisk) juga memengaruhi performa internet.


Spoiler for Sumber:

  – Interferensi sinyal dari material seperti tembok tebal, seng, atau perangkat elektronik (microwave, telepon nirkabel) dapat melemahkan sinyal Wi-Fi.


Spoiler for Sumber:


Spoiler for Sumber:

4. Lokasi Server dan Konten

  Website dengan server di luar negeri (misalnya, Amerika) memiliki latensi lebih tinggi dibandingkan server lokal. Konten berat seperti video atau game juga memperlambat akses.


Spoiler for Sumber:


Spoiler for Sumber:

5. Pengelolaan Jaringan oleh ISP

  Beberapa ISP membatasi kecepatan maksimum untuk mengurangi beban server, terutama pada situs yang ramai pengunjung. Selain itu, kecepatan unduh sering diprioritaskan dibandingkan unggah.


Spoiler for Sumber:

Langkah yang Perlu Ditingkatkan oleh Pemerintah

Untuk meningkatkan kecepatan internet, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan pemangku kepentingan lainnya dapat mengambil langkah berikut:

1. Perluasan Infrastruktur Serat Optik

  – Lanjutkan dan tingkatkan proyek seperti Palapa Ring untuk menjangkau wilayah 3T dengan jaringan serat optik.

  – Dorong investasi swasta melalui kemitraan publik-swasta (KPS) untuk mempercepat penyebaran infrastruktur, seperti menggunakan tiang telekomunikasi atau saluran bawah tanah milik penyedia layanan publik.


Spoiler for Sumber:

2. Penerapan*Infrastructure Sharing*
  – Dorong *infrastructure sharing* aktif dan pasif antar penyedia layanan untuk mengurangi biaya pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur. Contohnya, berbagi kabel serat optik, tiang, atau pusat data.
  – Terapkan regulasi yang mendukung *open access*, memungkinkan operator kecil menggunakan jaringan operator besar seperti Telkom.


Spoiler for Sumber:

3. Alokasi Spektrum Frekuensi Baru  
  – Segera alokasikan spektrum frekuensi tambahan, seperti 2,6 GHz, untuk meningkatkan kapasitas jaringan seluler.[


Spoiler for Sumber:

  – Pelajari praktik terbaik dari negara seperti Singapura atau Vietnam dalam pengelolaan spektrum.


Spoiler for Sumber:

4. Regulasi Kecepatan Minimum  
  – Terapkan rencana Kominfo untuk menetapkan kecepatan minimum fixed broadband 100 Mbps dan larang penjualan layanan di bawah standar ini.

  – Tegakkan aturan ini dengan pengawasan ketat terhadap ISP untuk memastikan kepatuhan.


Spoiler for Sumber:

5. Meningkatkan Keterjangkauan dan Kualitas
  – Berikan insentif atau subsidi untuk meningkatkan adopsi internet kabel di kalangan rumah tangga, terutama di daerah dengan tingkat berlangganan rendah.
  – Dorong kompetisi antar ISP untuk menurunkan harga dan meningkatkan kualitas layanan.

6. Virtualisasi Jaringan dan Teknologi Modern
  – Adopsi teknologi virtualisasi jaringan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya jaringan, sehingga mengurangi biaya operasional.


Spoiler for Sumber:

  – Dorong ISP untuk mengadopsi teknologi seperti Wi-Fi 6 atau 802.11ax yang mendukung kecepatan lebih tinggi.


Spoiler for Sumber:

7. Edukasi dan Peningkatan Literasi Digital
  – Edukasi masyarakat tentang penggunaan perangkat modern (router, modem, atau komputer) untuk mengoptimalkan kecepatan internet.


Spoiler for Sumber:


  – Sosialisasikan cara mengukur kecepatan internet secara akurat (misalnya, melalui *speedtest.net*)dan hak konsumen untuk melaporkan ISP yang tidak memenuhi standar.


Spoiler for Sumber:

 Kecepatan Internet INDONESIA TERENDAH daripada negara ASEAN Lainnya

Kesimpulan

Kecepatan internet Indonesia tertinggal karena faktor geografis, infrastruktur yang belum merata, biaya tinggi, dan keterbatasan spektrum frekuensi. Faktor teknis seperti jenis koneksi, jumlah pengguna, dan kualitas perangkat juga berperan. Pemerintah perlu fokus pada perluasan infrastruktur serat optik, penerapan *infrastructure sharing*, alokasi spektrum baru, regulasi kecepatan minimum, dan peningkatan keterjangkauan. Dengan langkah-langkah ini, Indonesia dapat mengejar ketertinggalan dan mendukung ekonomi digital yang lebih produktif.
Kecepatan Internet INDONESIA TERENDAH daripada negara ASEAN Lainnya

Bingung, rasanya campur aduk…

heart to heart ,semoga curhat ane gak di bully atau disalahkan, disini ane gak ada temen ngobrol. rasanya campur aduk rasanya hidup ini sudah tidak ada. mental ane down sangat…butuh support dan solusi.

jadi begini ceritanya agan2 sekalian kebetulan ane anak gen 80-90an jadi masih kenal kaskus emoticon-Smiliebanyak orang juga dengan ujian hidupnya masing-masing dengan tingkat kesulitannya juga. 

pertama-tama tahun covid ane di uji dengan ditinggalkan oleh istri ane dan sampai sekarang belum ketemu dengan anak ane juga karena satu hal yang panjang ceritanya. untuk tahun ini ane sudah beristri kembali dan punya anak yg lucu kembali. 

namun badai ujian ane alami kembali, jadi ceritanya saudara ane mau jual tanah ke seorang yang dapat dibilang amanah orangnya namun karena kata amanahnya itu ane langsung oke ane bantu saudara ane untuk mengurus berkas-berkas dan biaya2 lainnya. yang tadinya hutang-hutang ane sudah hampir selesai dan demi menutup semua hutang-hutang ane karena ane akan dibagi rejeki dari hasil penjualan lahan tersebut sebesar 250 juta ,namun batu sandungan yang ane dapat, ane yang niat membantu hingga ane meminjam uang ke teman ane malah sekarang menjadi beban untuk ane, karena pembelian lahan tersebut oleh orang yang amanah itu tidak ada kabar baik sesudah 1 tahun ini.

keadaan ane menjadi sulit dan terpuruk emoticon-Frownane jadi punya hutang yang mungkin bagi ane itu sangant besar.kurang lebih 300 juta…

dari sana ane stress depresi mungkin yaa hingga ane operasi infeksi ampedu karena pola makan yang udah gk bener. ditambah lagi ane ditinggal ibu selamanya yang biasa menjadi tempat cerita ane. 

setelah sepeninggalan ibu ane bokap ane mau kimpoi lagi yang bikin ane mumet karena dari anak-anak atau saudara kandung ane gak ada yg sreg sama calonnya. maksud ane kimpoi lagi boleh-boleh ajah tapi jaman ini lagi pada sulit, bukan mencari ketenangan malah mencari beban hidup.

balik lagi ke curhatan ane, jadi setelah satu tahun tanah itu tidak dibayar sampai saaat ini ane mencari bantuan sulit sekali gan, sampai-sampai ane berfikir apakah ini yg dinamakan hidup. 

apakah ane yang terlalu baik hingga giliran ane mencari bantuan ane kaget karena tidak ada satupun yang bisa menolong ane..sampai hari ini ane hanya pegang uang 200 ribu dan ini yang dinamakan ujian sampai tidak dapat beli susu.

jadi ane dapat merasakan orang yang suka menguntit susu di mini market karena memang terpaksa demi anak mau itu haram atau tidak karena merasa hidup ini tidak adil. jadi mungkin kalau berhasil yaa syukur kalua tidak berhasil paling jadi bulan-bulanan.

sampai saat ini ane masih ada iman kepercayaan pasti ada yang dapat menolong.cerita ane itu bukan fake atau mengada-ngada tapi memang apa adanya.jika ada sultan yang ingin membantu ane dipersilakan, ane ada jaminan saldo ketenagakerjaan ane gan..

rencana ane kalau sudah bebas hutang ane mau buka usaha perangkat computer gan.ane mahir dalam dunia perkomputeran…segini ja dulu ceritanya ane ngantuk nanti ane lanjut lagi.

Pakistan Tembak Jatuh Rudal SCALP Milik India, Puing Rudal Jadi Tontonan Warga

Quote:

Pakistan sukses menembak jatuh rudal jelajah SCALP yang biasanya dibawa pesawat tempur Rafale. Kondisi rudal tidak hancur seluruhnya, masih ada beberapa bagian yang cukup utuh. Terutama di bagian warhead-nya Gan. Foto puing SCALP dibagikan oleh Pakistan Defence melalui X.

Tidak diketahui secara pasti di mana jatuhnya rudal serta sistem apa yang dipakai menjatuhkannya ? Tapi, kemungkinan rudal jatuh tak jauh dari area pemukiman warga. Pasalnya dalam foto banyak warga berkerumun di dekat rudal.

Foto-foto yang beredar di X memperlihatkan mesin turbojet Microturbo TRI 60-30 buatan Prancis serta bagian warhead. Dugaan sementara, rudal ini kemungkinan diluncurkan dari Rafale yang ditembak jatuh pada malam hari tanggal 7 Mei 2025. Untuk puing Rafale ditemukan 20 km dari pangkalan udara Bathinda, pangkalan ini lokasinya dekat dengan perbatasan Pakistan.

Buat Agan-Agan yang menyimak tawuranantara Rusia dan Ukraina selama 3 tahun terakhir, pasti tak asing dengan nama SCALP. Rudal ini juga telah didonasikan ke Ukraina. Negara tersebut juga mendapat donasi rudal jelajah Storm Shadow, yang merupakan saudara kembar SCALP. Untuk Storm Shadow dibuat BAE Systems di Inggris sementara kembarannya SCALP dibuat oleh MBDA di Prancis.

Debut Storm Shadow di Ukraina cukup sukses, karena beberapa kali dipakai menyerang wilayah Krimea yang diduduki Rusia. Rudal biasanya diluncurkan dari Su-24 Fencer. Sementara kiprah SCALP di Ukraina kurang tersorot pemberitaan, meski rudal ini sudah beberapa kali diluncurkan. Untuk rudal SCALP Ukraina ada kode tambahan EG.

Quote:

SCALP merupakan akronim dari Système de Croisière Autonome à Longue Portée, dibuat oleh MBDA di Prancis, menjadi salah satu senjata yang bisa digotong oleh Rafale. India membeli rudal SCALP sebagai bagian dari kontrak pengadaan Rafale fase pertama.

Tidak diketahui secara pasti, berapa rudal SCALP yang dibeli oleh India. Tapi, beberapa pengamat militer India mengatakan jumlahnya ada 150 unit dengan perkiraan harga per unit US$1,1 juta atau jika dirupiahkan sekitar Rp 18 miliar.

SCALP dan kembarannya Storm Shadow memakai sistem pemandu GPS/INS dan referensi medan untuk navigasi. Saat masuk fase terminal penerbangan, untuk mencapai sasaran, rudal beralih ke sistem pencari inframerah pencitraan beresolusi tinggi (high-resolution imaging infrared/IIR)seeker; dengan pengenalan target otomatis (automatic target recognition/ATR). Setelah diluncurkan, rudal kemudian terbang rendah mengikuti kontur bumi dengan identifikasi posisi dari GPS.

Sistem pemandu Storm Shadow dan SCALP sudah otonom dan diklaim sangat akurat. Selain itu juga, sistem tidak mudah diganggu oleh gangguan frekuensi radio dan alat perang elektronik lainnya yang berbasis radio. Rudal dibekali hulu ledak seberat 400 sampai 450 kg untuk menghancurkan target berupa bunker, pusat komando, pangkalan udara, serta berbagai fasilitas strategis.

Quote:

Storm Shadow dan SCALP terbang di kecepatan subsonik, punya berat 1,3 ton serta panjang 5,10 meter. Rudal dapat dibawa oleh Eurofighter Typhoon, Tornado, Mirage 2000, Rafale serta Su-24 Fencer Ukraina.

Sebagai rudal jelajah jarak jauh, SCALP dan kembarannya Storm Shadow dapat diluncurkan pada jarak 290 km dari sasaran, artinya pesawat tempur tak perlu masuk ke ruang udara lawan untuk menembakkan rudal. Nyawa pilot juga akan lebih aman, karena terhindar dari potensi sergapan pesawat tempur lawan. Pesawat hanya dipakai sebagai platform peluncuran rudal saja.

Jatuhnya Rafale ditambah gagalnya rudal SCALP mencapai sasaran menjadi aib bagi Angkatan Udara India, di sisi lain, negara itu sampai saat tulisan ini dibuat masih belum mau memberi rincian terkait jatuhnya pesawat tempur mereka. Dan dari bentrokan singkat beberapa hari lalu, menunjukkan jika kemampuan militer Pakistan tidak boleh diremehkan.

Referensi Tulisan: MBDA Systems| indomiliter.com
Sumber Foto: sudah tertera