Seorang Newbie yang hanya ingin bercerita

Sudah lama tidak mampir dikaskus dan tidak pernah ikut diskusi disini, umur sudah semakin bertambah dan tau tau sudah tidak muda lagi. Dari masa tahun 2000 hingga kini rasanya sebuah kebersamaan yang tak singkat. Semakin bertambah usia semakin berani cara kita berfikir namun semakin hati hati cara bertindak dan berbicara. Ada sebuah kegalauan di umur yang sudah mulai meninggalkan muda ini tentang banyak pengalaman masa lalu dengan suka duka tangis dan tawa.

Hampir semua orang berpendapat waktu tak dapat diulang, saya termasuk orang yang juga sepakat dan setuju dengan falsafah itu. Tapi suatu pertanyaan besar adalah benarkah tidak ada interkoneksi waktu antara masa lalu, saat ini dan kemudian hari, jika tidak ada selesai tapi jika ada itu hal yang seperti apa dan bagaimana cara memahami interkoneksinya. Banyak sekali pertanyaan pertanyaan mengenai waktu baik secara spiritualitas maupun secara akademik fisika quantum, mampukah gelombang otak kita menjadi vortex dari interkoneksi waktu serta mampukah memory otak kita menampung informasi informasi yang dihasilkan dan mampukah hati kita menerima hasil itu jika memang itu dimungkinkan.

Ruang dan waktu adalah denyutan di alam semesta, begitu pula kehidupan adalah denyutan mulai denyutan jantung hingga denyutan otak. Wabil khusus denyutan otak ini para ahli menyebutnya impuls, ini adalah salah satu standar dari kehidupan. Denyutan impuls otak memancarkan gelombang yang boleh percaya atau tidak lebih variatif dari tumbukan proton atau neutron di sebuah materi namun jauh lebih lemah. Otak menghasilkan gelombang alpha, Beta, gamma, delta, tetha.(Yang diketahui saat ini) Mereka berdenyut secara acak secara bersama di frekwensi yang berbeda yang menurut ahli saat ini diyakini menyebabkan emosi dalam tubuh manusia. Namun apakah benar hanya itu gelombang yang dihasilkan otak?

Dalam ilmu sebuah pemahaman waktu dan ruang adalah seperti sebuah film yang saat kita melihatnya tampak seperti bergerak dan sangat menghibur, namun saat kita cermati dan ulik itu hanyalah satu kesatuan dari sekian puluh gambar atau sekian ribu gambar yang ditampilkan secara berurutan dalam satu periode kecepatan(s). Satu lagi elemen sampingan yaitu cahaya karena benda tidak akan bisa disebut benda tanpa adanya bentuk dan kita bisa menyebut bentuk karena adanya cahaya, tanpa cahaya hanya ada persepsi otak yang akan memicu gelombang yang akan memberikan kita persepsi untuk membayangkan benda yang kita raba, dengar atau rasakan. Seperti apakah ketiadaan cahaya dan seperti apakah cahaya yang sangat menyilaukan (jangan dibayangkan anda bisa menutupi mata anda dengan tangan atau lainnya)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *