Ada diskusi menarik yang dilakukan antara anggota Senat Amerika dengan US Air Force pada 20 Mei kemarin Gan, pasalnya ada kemungkinan pembelian F-16 versi produksi terbaru. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Staf Angkatan Udara AS Jenderal David Allvin.
Bersama Sekretaris Angkatan Udara AS Frank Kendall dan Kepala Operasi Luar Angkasa Jenderal Chance Saltzman, Jenderal Allvin memberikan pendapatnya di hadapan Komite Angkatan Bersenjata Senat yang diwakili Senator Thomas Cotton, yang menjabat sebagai ketua Senat Republican Conference dan ketua Komite Intelijen Senat.
Cotton bertanya kepada Allvin tentang potensi kebutuhan untuk membeli pesawat baru guna menggantikan pesawat tempur tertua Angkatan Udara AS, yang beberapa di antaranya masih akan terbang hingga tahun 2040-an.
Senator Thomas Cotton memberi pertanyaan, seandainya Kongres mendapatkan dana tambahan untuk membeli F-16 Viper Block 80, apakah dapat memperkuat armada US Air Force ?
Secara khusus, Jenderal Allvin mengatakan bahwa, dia harus melihat lebih detail pada apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh varian F-16 ekspor saat ini yang diproduksi, dan segala jenis penyesuaian yang harus dilakukan agar mudah diintegrasikan dengan pesawat tempur buatan AS lainnya. Allvin perlu melihat peluang dan biaya integrasi sebelum dapat memberikan jawaban yang rinci.
Allvin juga mengatakan butuh waktu yang tidak sebentar untuk merubah varian F-16 ekspor menjadi F-16 Block 80, mengingat kapasitas produksi yang terbatas di pabrik Greenville milik Lockheed. Lebih lanjut, Allvin meminta waktu untuk mempelajari potensi pengadaan F-16 baru. Meski sebatas wacana, sang jenderal sangat senang dengan kemungkinan pembelian kembali F-16.
Menariknya Gan, kemungkinan Angkatan Udara AS untuk membeli pesawat F-16 Block 70/72 produksi baru untuk memperkuat armada penerbangan taktisnya dalam waktu dekat telah muncul di masa lalu. Pada tahun 2021, Asisten Sekretaris Angkatan Udara untuk Akuisisi, Teknologi, dan Logistik, Will Roper, menyarankan agar angkatan udara memesan versi lanjutan dari F-16, seperti Block 70/72.
Namun, gagasan itu dengan cepat ditolak oleh Kepala Staf Angkatan Udara saat itu, Jenderal Charles Q. Brown Jr., yang sangat yakin bahwa F-16 (bahkan versi yang jauh lebih baik) bukanlah pilihan yang tepat untuk Angkatan Udara AS di masa depan.
Secara khusus, dia menyoroti ketidakmampuan F-16 untuk menerima pembaruan perangkat lunak dengan kecepatan yang diinginkan, dan kurangnya protokol perangkat lunak berarsitektur terbuka yang memungkinkannya untuk dikonfigurasi ulang dengan cepat.
Pada saat yang sama, Brown juga mengemukakan kemungkinan desain baru untuk pesawat tempur masa depan, yang dia gambarkan sebagai pesawat generasi keempat setengah atau kelima minus. Menurut Brown waktu itu, pesawat yang dimaksud akan cukup murah untuk dibeli dalam jumlah yang dibutuhkan, hingga akhirnya menggantikan seluruh F-16.
Saat berdiskusi dengan anggota Senat, Jenderal Allvin juga memberi pandangannya terkait progam Collaborative Combat Aircraft (CCA). Sebuah program untuk membuat drone tempur yang bisa digunakan sebagai tandem bagi F-22, F-35 dan F-47. Drone semacam itu dikenal sebagai loyal wingman.
Menurut Jenderal Allvin, loyal wingman akan menghadirkan lebih banyak kemampuan tempur dengan biaya yang lebih baik (terjangkau), tapi jika drone itu digunakan untuk menggantikan peran jet tempur berawak, dia tidak setuju. Menurutnya, peran jet tempur berawak tak bisa digantikan oleh drone. Karena beredar rumor jika drone dari program CCA kelak akan muncul sebagai pengganti jet tempur berawak.
Jenderal Allvin juga menyoroti pentingnya segera membeli jet tempur baru untuk mengganti armada jet tempur F-16 yang saat ini masih bertugas, karena kebanyakan F-16 USAF dibuat menjelang usainya Perang Dingin. Usia F-16 yang sudah di atas 30 tahun membuat tingkat keberhasilan misinya terus menurun.
Meski sudah tua, tapi nilai tingkat keberhasilan misi atau dikenal sebagai Mission Capable Rate (MCR)dari F-16 masih cukup tinggi. Pada tahun 2024 saja, nilai MCR F-16 masih di angka 64%, di tahun 2021 angkanya bahkan lebih tinggi, yakni 72%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan 52% untuk tingkat keberhasilan misi F-22. Sementara F-15EX yang masih baru punya nilai MCR sebesar 86%.
Pengganti yang ditunjuk untuk F-16 seharusnya adalah pesawat tempur siluman F-35, meskipun telah lama ada tanda-tanda bahwa Angkatan Udara AS tidak melihat platform ini sebagai penerus langsung semua pesawat tempur taktis yang mereka gunakan.
Pembelian varian F-35A untuk Angkatan Udara AS secara resmi masih dipatok pada angka 1.763 unit, tetapi ada laporan bahwa, pada awal tahun 2018, pihak USAF menyiapkan studi yang menyerukan agar pesanan tersebut dikurangi menjadi 1.050 unit.
Selain wacana pengurangan pesanan, Angkatan Udara AS, khususnya, juga membeli pesawat tempur F-15EX. Jadi, jelas mereka belum sepenuhnya menyerah untuk memperoleh pesawat tempur generasi keempat. Meskipun Angkatan Udara AS masih berkomitmen pada F-35, program yang termahal dalam sejarah Pentagon; mereka masih menyiapkan ruang untuk diskusi tentang pesawat tempur berawak yang lebih murah.
Sejauh ini masih belum jelas, terkait F-16 Block 80 yang disebut oleh Senator AS. Apakah ini varian khusus yang dibuat untuk USAF ? Atau varian baru yang menggabungkan kemampuan dari F-16 Block 70/72 ? Media The War Zonetelah menghubungi Lockheed untuk meminta penjelasan terkait Block 80, tapi mereka belum memberi jawaban.
Di sisi lain, dengan versi F-16 yang lebih canggih dan sekarang diproduksi untuk pelanggan ekspor, mungkin tidak mengherankan bahwa F-16 Block 80 setidaknya sedang dibahas oleh beberapa pihak sebagai perlengkapan potensial untuk Angkatan Udara AS.
Referensi Tulisan: The War Zone
Sumber Foto: sudah tertera