Negara-negara Baltik Putuskan Koneksi dari Jaringan Listrik Rusia

Negara-negara Baltik Putuskan Koneksi dari Jaringan Listrik Rusia

Tiga negara Baltik—Estonia, Latvia, dan Lituania—pada Sabtu resmi memutuskan koneksi dari jaringan listrik Rusia dan bergabung dengan jaringan listrik Uni Eropa. Langkah ini merupakan puncak dari proses panjang yang semakin mendesak sejak invasi Rusia ke Ukraina.

Sebagai mantan republik Soviet yang kini menjadi anggota Uni Eropa dan NATO, ketiga negara tersebut ingin menghilangkan potensi ancaman Rusia yang dapat menggunakan sistem listrik sebagai alat tekanan geopolitik.

“Kami telah menghilangkan segala kemungkinan Rusia menggunakan kendali atas jaringan listrik sebagai senjata,” ujar Menteri Energi Lituania, Žygimantas Vaičiūnas, kepada AFP.

Komisioner Energi Uni Eropa, Dan Jørgensen, menyebut langkah ini sebagai “hari bersejarah.”

“Saya lebih suka cahaya tanpa ada elektron dari Rusia,” ujarnya di ibu kota Estonia, Tallinn. “Ini adalah soal keamanan… Tidak ada negara Eropa yang seharusnya bergantung pada Rusia untuk apa pun.”

Menurut Vaičiūnas, pemutusan koneksi dilakukan tepat pukul 09.09 waktu setempat (0709 GMT), dan Latvia kemudian secara fisik memotong jalur listrik ke Rusia.

“Kini, kami memiliki kendali penuh atas jaringan listrik kami,” kata Menteri Energi Latvia, Kaspars Melnis, sambil memegang potongan kabel yang telah diputus.

Negara-negara Baltik saat ini beroperasi dalam “mode isolasi” sebelum secara resmi bergabung dengan jaringan listrik Eropa pada Minggu.

Proyek sinkronisasi ini menelan biaya sebesar 1,6 miliar euro (sekitar 1,7 miliar dolar AS), dengan sebagian besar pendanaan berasal dari Uni Eropa. Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, dijadwalkan menghadiri seremoni resmi di Vilnius bersama para pemimpin negara Baltik.

Dampak Geopolitik dan Keamanan Energi

Negara-negara Baltik telah lama berencana untuk beralih ke jaringan listrik Eropa, namun menghadapi berbagai tantangan teknologi dan finansial.

Invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022 semakin mempercepat keputusan tersebut, karena ketiga negara khawatir Rusia dapat menjadikan ketergantungan listrik sebagai alat untuk menekan mereka.

Meskipun telah menghentikan pembelian gas dan listrik dari Rusia setelah invasi, jaringan listrik mereka masih tetap terhubung ke Rusia dan Belarus serta dikendalikan dari Moskow. Hal ini membuat mereka tetap bergantung pada Rusia untuk kestabilan pasokan listrik, yang sangat penting bagi sektor industri dan fasilitas vital.

Dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah kabel listrik dan telekomunikasi bawah laut di Laut Baltik juga dilaporkan rusak. Beberapa ahli dan politisi menuduh Rusia melakukan perang hibrida, meskipun Moskow membantah tuduhan tersebut.

Rusia Ikut Bekerja Sama

Pemerintah negara-negara Baltik telah bersiaga terhadap kemungkinan sabotase atau gangguan lainnya selama proses pemutusan koneksi.

Namun, operator jaringan listrik Latvia, AST, melaporkan bahwa tidak ada gangguan yang terjadi, dan Rusia justru turut serta dalam proses pemutusan koneksi.

“Mereka juga memutuskan aliran listrik dari sisi mereka. Kejutan terbesar hari ini adalah tidak adanya kejutan sama sekali,” kata CEO AST, Rolands Irklis.

Hal yang sama juga disampaikan oleh operator jaringan listrik Lituania, Litgrid, yang mengonfirmasi bahwa Rusia bekerja sama dalam pemutusan koneksi.

“Ketika Anda menjadi bagian dari sistem listrik yang sama, Anda tidak bisa merugikan pihak lain tanpa merugikan diri sendiri,” ujar Kepala Litgrid, Rokas Masiulis.

Ia menambahkan bahwa Rusia harus menjaga stabilitas pasokan listrik di eksklave Kaliningrad, yang sebelumnya sebagian bergantung pada jaringan listrik Baltik.

Karena pemutusan koneksi ini, sistem energi Kaliningrad kini tidak lagi terhubung ke daratan utama Rusia. Namun, wilayah itu telah membangun kapasitas pembangkit listrik sendiri selama bertahun-tahun.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menepis kekhawatiran atas pemutusan tersebut. “Kami telah mengambil semua langkah untuk memastikan sistem energi kami tetap berjalan tanpa gangguan,” katanya.

Transisi ke Jaringan Uni Eropa

Sebelum integrasi penuh dengan jaringan listrik Eropa, negara-negara Baltik akan beroperasi dalam “mode isolasi” selama sekitar 24 jam untuk menguji stabilitas frekuensi listrik mereka.

“Kami perlu melakukan sejumlah uji coba untuk meyakinkan Eropa bahwa sistem energi kami stabil,” kata Masiulis.

“Kami akan menyalakan dan mematikan pembangkit listrik, mengamati fluktuasi frekuensi, dan menilai kemampuan kami dalam mengendalikannya.”

Setelah pengujian selesai, negara-negara Baltik akan sepenuhnya terhubung ke jaringan listrik Eropa melalui Polandia.

Operator jaringan listrik Polandia, PSE, mengatakan bahwa mereka akan menggunakan helikopter dan drone untuk memantau koneksi dengan Lituania guna memastikan kelancaran proses integrasi.

Di Estonia, polisi dan pasukan pertahanan sipil akan menjaga infrastruktur listrik utama hingga akhir pekan sebagai langkah pengamanan terhadap risiko sabotase.

Sementara itu, di Lituania, militer telah menggelar latihan di wilayah perbatasan dengan Polandia untuk memastikan keamanan jalur energi yang baru.

Baltic nations disconnect from Russian power grid

Kalau kata fanboy si obesitas sang influencer saham wannabe, tidak mungkin negara-negara Eropa dapat melepaskan diri dari ketergantungan pasokan energi dari Rusia.

Sepertinya realita berjalan kearah yang berlawanan dengan halusinasi mereka.

emoticon-Traveller

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *