Imam Masjid yang Mengaku Gay Ini Tewas Dibunuh

Imam Masjid yang Mengaku Gay Ini Tewas Dibunuh

Jakarta, CNBC Indonesia – Muhsin Hendricks, yang dikenal sebagai “imam gay pertama di dunia” telah ditembak mati di dekat kota Gqeberha, Afrika Selatan, pada Sabtu (10/2). Adapun, motif di balik pembunuhan tersebut masih diselidiki oleh kepolisian.

Hendricks yang mengelola sebuah masjid sebagai tempat aman bagi Muslim LGBTQ+ dan kelompok marginal lainnya, tewas saat berada di dalam mobil bersama seseorang. Menurut laporan kepolisian Eastern Cape, sebuah kendaraan berhenti di depan mobil Hendricks dan menghalangi jalan keluar.

“Dua orang tak dikenal dengan wajah tertutup keluar dari kendaraan tersebut dan mulai melepaskan beberapa tembakan ke arah mobil,” kata kepolisian Eastern Cape dalam sebuah pernyataan dikutip dari theguardian, Minggu (16/2/2025).

Baca:

Ini yang Menimpa Manusia Setelah Dunia Kiamat

Para pelaku kemudian melarikan diri dari lokasi kejadian. Sementara itu, pengemudi menyadari bahwa Hendricks, yang duduk di kursi belakang mobil, telah tertembak dan tewas.

Seorang juru bicara kepolisian mengkonfirmasi kepada AFP bahwa sebuah video yang beredar di media sosial memang menunjukkan pembunuhan yang terjadi di Bethelsdorp, dekat Gqeberha, yang sebelumnya dikenal sebagai Port Elizabeth.

“Motif pembunuhan ini masih belum diketahui dan menjadi bagian dari penyelidikan yang sedang berlangsung,” kata polisi, sambil mendesak siapa pun yang memiliki informasi untuk melapor.’

Asosiasi Internasional Lesbian, Gay, Biseksual, Trans, dan Interseks (ILGA) mengecam pembunuhan tersebut.

Baca:

Krisis Gereja Inggris, Diguncang Sederet Kasus Pelecehan Seksual

“Keluarga ILGA World sangat terkejut dengan berita pembunuhan Muhsin Hendricks, dan kami meminta pihak berwenang untuk menyelidiki secara menyeluruh apa yang kami khawatirkan sebagai kejahatan kebencian,” kata direktur eksekutif ILGA, Julia Ehrt, dalam sebuah pernyataan.

Hendricks, yang aktif dalam berbagai kelompok advokasi LGBTQ+, mengungkapkan dirinya sebagai gay pada tahun 1996. Dua tahun kemudian, ia mulai mengadakan pertemuan bagi Muslim LGBTQ+ di kotanya, di mana ia dianggap sebagai imam komunitas mereka.

“Saya membuka garasi, meletakkan karpet, dan mengundang orang-orang untuk minum teh dan berbicara,” katanya kepada The Guardian pada tahun 2022.

Pada tahun 2011, Hendricks memperkuat perannya sebagai imam dengan mendirikan sebuah ruang masjid setelah seorang temannya mengalami khotbah lokal yang mengecam homoseksualitas.

“Saya berkata, ‘Mungkin ini saatnya kita membuat tempat sendiri, agar orang-orang bisa beribadah tanpa dihakimi,” ujarnya.

Ia mengelola Masjid Al-Ghurbaah di Wynberg, dekat tempat kelahirannya di Cape Town. Situs web masjid tersebut menyatakan bahwa tempat ibadah itu menyediakan “ruang aman bagi Muslim queer dan perempuan yang terpinggirkan untuk menjalankan Islam”.

(haa/haa)

https://www.cnbcindonesia.com/news/2…-tewas-dibunuh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *