Genre: Warlord, Work hard, Adventure
Target Pembaca: Pria
Rating: 13+
Jumlah bab: 10 bab
Ringkasan:
Pernah menjalani operasi usus buntu di usia 9 tahun dan di-bully oleh teman-temannya karena penyakitnya tidak lantas membuat Muhammad Sheriza Permana (15 tahun) tidak bisa memenangkan challenge makan makanan pedas. Sheriza berhasil memenangkan kompetisi Mas Kevin Challenge di tahun 2018, dan berhasil mendapatkan hadiah langsung dari Kevin Ardiansyah.
Muhammad Sheriza Permana masih ingat betul hari itu. Hari ketika hidupnya berubah untuk selamanya. Usia Sheriza baru 9 tahun, ia masih duduk di bangku kelas 4 SD, ketika rasa sakit di perutnya datang tanpa aba-aba. Awalnya hanya seperti kram biasa, tapi semakin lama semakin tajam, seperti ada pisau yang menikam-nikam dari dalam.
“Ibu… sakit banget…”
Ia terbaring di tempat tidur, meringkuk sambil memegangi perutnya. Keringat dingin membanjiri wajahnya, dan air mata menggenang di sudut matanya. Wajah ibunya tampak panik saat mencoba menelepon ayahnya, yang saat itu sedang bekerja.
“Kita ke dokter sekarang juga!”
Perjalanan ke rumah sakit terasa sangat panjang. Setiap guncangan kecil di jalan membuat perut Sheriza semakin nyeri. Di ruang UGD, dokter yang memeriksanya hanya butuh waktu sebentar untuk memastikan diagnosis.
“Usus buntunya harus segera dioperasi,” ucap dokter itu dengan nada tegas
Operasi.
Kata itu membuat Sheriza semakin ketakutan. Ia menatap ibunya dengan mata penuh kecemasan.
“Ibu… Sheriza takut…”
Ibunya berusaha tersenyum menenangkan, meski terlihat jelas kecemasan di matanya.
“Nggak apa-apa, Nak. Ini semua demi kebaikanmu.”
Tak lama kemudian, Sheriza dibawa ke ruang operasi. Rasa kantuk menyerang ketika obat bius mulai bekerja. Suara-suara di sekitar perlahan memudar, hingga akhirnya gelap.
***
Beberapa saat kemudian
Sheriza terbangun dengan perasaan aneh di perutnya. Ada jahitan di sisi kanan perutnya yang masih terasa nyeri setiap kali ia bergerak. Dokter bilang operasinya berjalan lancar, tapi butuh waktu untuk sembuh total. Ia harus berhati-hati agar jahitannya tidak copot.
“Berarti aku nggak boleh lari-lari dulu, ya?” tanya Sheriza kepada ibunya
Ibunya mengangguk.
“Iya, Nak. Tapi nanti kalau sudah sembuh, kamu sudah bisa main lagi seperti biasa.”
Sheriza menghela napas. Ia tidak suka dilarang bergerak. Ia suka bermain, berlari di lapangan, dan ikut pertandingan futsal di sekolah. Tapi sekarang, bahkan berjalan saja terasa menyakitkan.
***
Setelah seminggu di rumah sakit, ia akhirnya diperbolehkan pulang. Namun, ada satu hal yang tidak ia sangka. Saat kembali ke sekolah, bukan sambutan hangat yang ia dapatkan, melainkan ejekan.
“Akhirnya si Sheriza datang juga!” ejek Bagas, salah satu anak paling usil di kelasnya
Sheriza baru saja tiba di sekolah setelah sebulan beristirahat di rumah. Ia masih merasa sedikit lemah, tapi semangatnya untuk kembali ke sekolah membuatnya tersenyum.
Namun, senyuman itu langsung pudar saat teman-temannya mulai mengejeknya.
“Kemarin kenapa, Riz? Kok lama banget nggak masuk?”
“Katanya dioperasi usus buntu!”
“Astaga, kok bisa? Hahaha, lemah banget sih!”
Sheriza terdiam. Ia tidak menyangka kalau teman-temannya akan menganggap penyakitnya sebagai bahan lelucon.
“Orang yang kena usus buntu itu karena kebanyakan makan sembarangan, ya? Makanya jangan jajan terus!” tambah Bagas sambil tertawa
Anak-anak lain ikut tertawa.
“Eh, Sheriza masih boleh main futsal, nggak? Jangan-jangan nanti perutnya copot!” ejek salah satu dari mereka
Gelak tawa semakin keras. Sheriza mengepalkan tangannya, berusaha menahan marah.
“Aku nggak selemah itu!” ucap Sheriza dengan suara bergetar penuh amarah
Tapi mereka tidak peduli. Mereka terus mengejeknya. Sejak hari itu, Sheriza mendapat julukan baru, yaitu “Si Lemah”.
***
Bertahun-tahun kemudian…
Sheriza kini sudah berusia 15 tahun dan duduk di kelas 10 SMA Garuda Merah. Ia sudah tidak lagi dipanggil “Si Lemah,” tapi kenangan itu masih melekat dalam pikirannya.
Ia sudah tidak peduli lagi dengan perkataan orang lain, tapi ada satu hal yang masih menjadi tantangan baginya, yaitu makanan pedas.
Saat kecil, ia dilarang makan makanan pedas karena khawatir akan memicu masalah pencernaan. Bahkan setelah sembuh, ibunya tetap tidak membiarkannya menyentuh makanan pedas. Akibatnya, ia tumbuh menjadi anak yang lemah terhadap cabai.
Namun, semua itu berubah ketika Mas Kevin Challenge menjadi tren di kalangan anak SMA.
***
Di tahun 2018, sebuah kompetisi makan pedas menjadi viral di sekolah-sekolah. Challenge ini dinamakan Mas Kevin Challenge, dinamai sesuai dengan Kevin Ardiansyah, seorang selebriti media sosial yang menjadi brand ambassador dari produk mie instan FA dan cabai tabur BA.
Aturannya sederhana. Setiap peserta harus makan mie instan cup FA yang sudah ditaburi cabai tabur BA dalam jumlah banyak. Challenge harus dilakukan di kantin sekolah masing-masing, dengan disaksikan oleh banyak orang. Siapa yang bisa menghabiskan mie tanpa menyerah, akan masuk ke babak penilaian untuk memenangkan hadiah utama, yaitu liburan ke Sydney dan merchandise eksklusif dari Kevin Ardiansyah.
Hampir semua anak laki-laki di sekolahnya membicarakan challenge ini.
“Seru banget, bro! Lo harus coba!” ucap Dika, sahabatnya, saat mereka duduk di kantin
“Hadiah utamanya asyik! Liburan ke Sydney!” tambah Riko, teman mereka yang lainnya
Sheriza hanya mendengarkan. Ia tertarik, tapi ada satu masalah besar, ia tidak tahan pedas.
Sejak kecil, ia selalu menghindari makanan pedas. Bahkan saat makan mie instan, ia selalu membuang bumbu cabai di dalamnya.
“Lo ikut, Riz?” tanya Dika
Sheriza mengangkat bahu.
“Gue nggak kuat pedas, bro.” ucap Sheriza
Dika tertawa.
“Serius lo? Aduh, kasihan banget! Udah gede masih takut pedas!”
Sheriza tersenyum kecut. Ia tahu Dika hanya bercanda, tapi tetap saja, ia merasa tidak berani.
“Lo harus coba! Mumpung masih ada waktu latihan,” ucap Riko
Sheriza terdiam. Sesuatu dalam dirinya berkata bahwa ini adalah kesempatan untuk membuktikan sesuatu.
Dulu mereka mengejek Sheriza karena lemah.
Kalau Sheriza berhasil menang di challenge ini, mereka nggak akan meremehkan Sheriza lagi.
Ia mengangguk pelan.
“Oke. Gue akan coba.”
Dika dan Riko bersorak.
“Itu baru Sheriza!”
Di dalam hatinya, Sheriza tahu, bahwa ini tidak akan mudah. Tapi, jika ia bisa mengatasi semua ini, ia bisa membuktikan bahwa dirinya bukan lagi “Si Lemah” seperti dulu.
TO BE CONTINUED