Pernah nggak sih secara tiba-tiba, tanpa sadar kamu terjebak dalam lingkup pertemanan yang sangat melelahkan? Saya pernah, dan saya tidak ingin mengulanginya kembali.
Untungnya sekarang saya sudah terbebas, hanya saja kalau melihat kebelakang dan mengingat pengalaman yang saya rasakan dulu, membuat saya heran. Kok bisa?
Pertemanan yang awalnya berjalan dengan normal, lambat laun berubah, dan ketika sadar, kita sudah terjebak terlalu dalam. Pertemanan yang tidak dilandasi dengan pemahaman untuk saling memberi, tapi egoisme, dan dalam model pertemanan seperti itu, salah satu pasti menjadi korban.
Setelah saya keluar dari lingkaran toksik tersebut, saya sadar apa yang menjadi problem. Dan ternyata, diri saya sendiri juga menjadi salah satu penyebab. Ada yang tau apa?
Permisif.
Itulah kesalahan terbesar saya.
Padahal saya sebenarnya tipe orang yang cukup tegas, tidak ya tidak. Tapi ketika kita terjebak dalam kata “teman”, tanpa sadar kita menjadi lebih lunak. Dan saat kita mengizinkan satu kesalahan terjadi, bagi beberapa “teman”, itu dijadikan peluang. Satu kesalahan menjadi dua, dua menjadi tiga, tiga menjadi tidak terhingga, sehingga kita membiarkan teman kita melakukan kesalahan berulang kali terhadap kita tanpa membuat mereka bertanggung jawab, entah dalam bentuk permintaan maaf, maupun hal lain, semua demi “pertemanan”.
Apakah saya salah? Jelas salah. Apakah mereka salah? Jauh lebih salah.
Kenapa? Karena itu artinya mereka tidak pernah, sekalipun, sejak awal, menganggap saya sebagai teman. Teman tidak memperlakukan temannya seperti itu. Waktu itu, saya terlalu bodoh untuk sadar bahwa saya sedang dimanfaatkan. Akhirnya saya berada di titik puncak, dimana cukup ya cukup, dan saya memilih untuk menjauh.
Itu adalah keputusan yang sulit, tapi akan terus saya ambil. Haruskah bertahan dalam pertemanan yang melelahkan?
Tidak.
Rumus utama dalam pertemanan adalah give and take,memberi dan mengambil secara seimbang. Jika kamu menemui dirimu berada dalam pertemanan dimana kamu tidak menjadi dirimu sendiri, kamu harus selalu mengalah, apa yang kamu rasakan tidak didengarkan, dan kamu tidak sekalipun merasa gembira ketika bertemu dengan temanmu, maka: Kaburlah.
Lebih baik pergi untuk mempertahankan kewarasan diri, daripada bertahan tetapi menjual jati diri.
Semoga tulisan ini membantu untuk teman-teman, Gan, dan Sis yang mengalami nasib yang sama. Sekian, terima kasih!