Mengenang Budaya Ramadan yang Mulai Terkikis Zaman

Mengenang Budaya Ramadan yang Mulai Terkikis Zaman

Wah tidak terasa sebentar lagi akan memasuki bulan Ramadhan ya. Bagi saya, tahun ini terasa begitu cepat. Rasa-rasanya kemarin baru saja tahun baru, sekarang sudah mau Ramadhan saja. Ramadhan tahun ini akan dimulai pada tanggal 1 Maret 2025 dan berakhir pada 30 Maret 2025 dengan dimulainya hari Lebaran. 

Tapi selama beberapa tahun terakhir saya merasakan adanya perbedaan merayakan lebaran di zaman sekarang dengan saat masa saya kecil dulu. Lalu apa saja tradisi yang berbeda? 

Membangunkan Sahur Keliling

Mengenang Budaya Ramadan yang Mulai Terkikis Zaman

Ini salah satu tradisi yang paling berkesan namun sudah mulai menghilang. Saat saya masih kecil dulu, saya masih ingat betapa serunya berkeliling membangunkan sahur dengan membawa gerobak, kentongan bambu, sembari menahan dingin dengan sarung. 

“Sahur… Sahur…” dengan lantang kami teriakkan. Kadang jika bosan, kami membangunkan sambil shalawatan. Seru sekali kalau mengingat masa-masa itu. Apalagi dulu saking semangatnya, saya dan teman-teman sudah berkeliling dari jam 1 malam. Alhasil, bukannya ucapan terima kasih yang kami terima, yang ada malah diomelin warga. Hahaha… 

Kalau ingat masa-masa itu, rasanya kangen sekali ya. Apalagi sekarang sudah sangat jarang saya temukan ada anak muda yang melakukan sahur keliling. Sebenarnya secara manfaat nggak terlalu besar ya, toh tiap orang sudah punya smartphone dan tinggal memasang alarm untuk sahur, ⎯ hanya saja pengalamannya yang mahal. Dan saya berharap, anak-anak sekarang bisa merasakan keseruan, kebahagiaan, dan hubungan pertemanan yang indah seperti yang saya rasakan dulu. 

Pawai Obor Keliling Kampung

Mengenang Budaya Ramadan yang Mulai Terkikis Zaman

Kalau pawai ini biasanya dilakukan setiap awal dan akhir bulan Ramadhan. Kalau di kampung saya dulu, pawai ini dilakukan selepas shalat tarawih, tapi ada juga yang melakukannya sore hari sampai maghrib. Yang paling seru saat pawai sebenarnya itu saat mempersiapkannya. Muda-mudi karang Taruna dikerahkan untuk mempersiapkan obor, mulai dari memotong bambu, menyiapkan kain bekas untuk sumbunya, dan juga menyiram kain dengan minyak agar awet dan mudah terbakar. 

Biasanya waktu-waktu ini digunakan para pemuda desa untuk mendekati si wanita idaman (termasuk saya, uhuy). Lucu juga kalau ngeliat kawan-kawan dulu tebar pesona seolah jadi pemuda paling gagah, tapi juga ada malu-malunya. Padahal Ramadhan waktunya tobat, tapi ya apa daya anak remaja. 

Kalau sekarang saya sudah tidak pernah menemui lagi pawai obor keliling kampung. Kalau di tempat kalian bagaimana, masih ada? 

Meriam Bambu

Mengenang Budaya Ramadan yang Mulai Terkikis Zaman

Kalau dulu waktu main seneng banget, tapi sekarang ngeri juga ya…

Biasanya main ini ramai-ramai setelah mengaji TPQ di masjid, lalu main ini di kebun dekat rumah. Semakin besar bunyinya, semakin ramai soraknya. Walaupun punya kenangan indah dengan permainan ini, sebagai orang tua saya cukup senang permainan ini semakin jarang ditemukan. Dulu ibu saya sering wanti-wanti kalau main meriam bambu, tapi tetap saja saya lakukan. Sekarang sudah tahu bahayanya, jadi kalau anak saya main bakal saya larang sepertinya. Hahaha…

Itu dia tiga tradisi di bulan Ramadhan yang sudah sangat jarang saya temukan. Kalau di tempat kalian masih ramai tidak tradisi-tradisi ini dilakukan? Boleh nih sharing dibawah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *