
Sejak dahulu, jurnalisme telah menjadi senjata perjuangan bagi mereka yang ingin mengubah dunia, termasuk dalam bidang pendidikan. Bukan sekadar mencatat peristiwa, jurnalis memiliki peran penting dalam mengawal kebijakan, membongkar ketidakadilan, dan menyuarakan aspirasi rakyat. Sejarah mencatat bahwa banyak tokoh besar yang menggunakan tulisan sebagai alat perjuangan pendidikan, menyadarkan masyarakat tentang pentingnya literasi, serta memperjuangkan hak belajar bagi mereka yang tertindas.

di Indonesia, salah satu contoh nyata adalah Ki Hadjar Dewantara, pendiri Taman Siswa. Sebelum mendirikan lembaga pendidikan tersebut, ia adalah seorang jurnalis yang berani mengkritik kebijakan kolonial Belanda yang membatasi akses pendidikan bagi pribumi. Melalui tulisan-tulisannya di berbagai media seperti De Express, ia menyuarakan ketidakadilan dan menyerukan perubahan.

Tak hanya Ki Hadjar, R.A. Kartinijuga menggunakan tulisan sebagai alat perjuangan. Surat-suratnya yang kini dikenal dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang mengungkap betapa perempuan pribumi sulit mendapatkan pendidikan yang layak. Pemikirannya kemudian menginspirasi lahirnya sekolah-sekolah perempuan setelah kematiannya.

Di kancah internasional, perjuangan pendidikan melalui jurnalisme juga dilakukan oleh Malala Yousafzai, seorang gadis Pakistan yang sejak usia 11 tahun telah menulis blog anonim untuk BBC Urdu. Ia mengungkap bagaimana Taliban melarang perempuan bersekolah, hingga akhirnya menjadi target serangan karena suaranya yang lantang. Namun, Malala selamat dan terus memperjuangkan pendidikan melalui Malala Fund, hingga akhirnya dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian.

Jauh sebelum itu,, seorang jurnalis dan penyair asal Kuba, juga menulis tentang pentingnya pendidikan bagi rakyatnya. Ia menggunakan media seperti La Nación dan Patria untuk menyadarkan masyarakat bahwa pendidikan adalah kunci menuju kebebasan dan kemerdekaan.

Begitu pula, seorang filsuf dan jurnalis Amerika Serikat, yang menekankan bahwa pendidikan harus berorientasi pada pengalaman dan demokrasi. Pemikirannya banyak memengaruhi sistem pendidikan modern di dunia.
Kini, di era digital, perjuangan melalui jurnalisme pendidikan masih terus berlanjut. Media-media besar seperti BBC Education, The Guardian Education, serta di Indonesia, Harian Kompas dan Tirto.id, aktif menyoroti isu-isu pendidikan.
Begitu pula dengan Harian Pedia.com, yang berperan dalam menyoroti berbagai isu pendidikan, mengangkat potensi lokal, serta menjadi media bagi mereka yang ingin menyuarakan perubahan dalam dunia pendidikan. Harian Pedia hadir bukan sekadar sebagai media berita, tetapi juga sebagai wadah bagi masyarakat, pendidik, dan siswa untuk terus berkembang melalui informasi yang mencerahkan.
Jurnalisme bukan sekadar profesi, melainkan alat perjuangan. Dari masa ke masa, tulisan telah terbukti mampu mengguncang dunia, membuka mata masyarakat, dan membangkitkan kesadaran. Perjuangan dalam bidang pendidikan akan terus berlanjut, dan jurnalis yang berpihak pada kebenaran akan selalu menjadi garda terdepan dalam mencerdaskan bangsa.